Rabu, 28 Juni 2017

Bismillah!^^

Taqobballahu minna wa minkum!

Kemarin saudaraku main ke rumah. Emang setiap tahunnya rumahku selalu rame karena uti adalah kakak tertua, jadi semua adik beserta keluarga besarnya selalu main tiap lebaran.

Dari awal salam di depan pager, semua langsung nanyain "Hila mana?". Aku yang masih sibuk mencari kerudung instan jadi semakin gopoh karena nggak bisa menemukan dimana-dimana. Dan akhirnya ngambil kerudung tanpa merhatiin warna dan semakin bingung karena nggak ada satu pun peniti di kamar adek. Akhirnya aku menemukan sebuah jarum besar yang biasanya dipake buat hijab-ala-ala. Dan langsung turun ke bawah karena semakin rame om dan tanteku nyari aku.

Dan benar apa yang ada di pikiranku. Mereka semua menanyakan hasil SBMku. Aku menjelaskan panjang lebar tentang SBM dan mandiri, juga tentang masalah pengumuman ujian mandiri yang awalnya keterima jadi enggak. Aku juga cerita tentang semua kenapa pilihanku hanya berkutat di kedokteran aja dan sempat mendapat beberapa pertanyaan yang membuatku berpikir dalam hati "oh iyaya" kemudian aku menepisnya dan berusaha untuk tidak mengandai-andai karena tidak mau merasa tidak besyukur.

Aku berusaha untuk terlihat cool dan berusaha untuk menyamakan apa yang aku ucapkan dengan apa yang ada di dalam hatiku. Aku sedih? Jangan tanya. Tapi aku berusaha untuk sedih sewajar mungkin, karena aku yakin Allah punya sesuatu yang lebih indah dan lebih baik untukku. Walau memang aku belum bisa melihatnya, aku yakin akan ada hikmah yang bisa aku dapat dari semua ini. Kalo kata mas Askar sih "mengumpulkan kegagaln untuk memanen keberhasilan" jadi insya Allah aku sudah ikhlas dengan apa yang terjadi padaku. Dan sudah banyak yang menjadi saksi bahwa kegagalan di SBMPTN bukanlah segalanya (efek membaca cerita gagal lalu sukses di medsos wkwkwk). Jadi insya Allah apapun nanti hasilnya, apapun nanti yang terjadi, pasti yang terbaik dari Allah.

Tapi juga bukan berarti membenarkan segala kegagalan trus juga nggak usaha cuma minta yang terbaik aja sih. Sepertinya juga harus ada evaluasi diikhtiarnya untuk tahu mengapa dan bagaimana.

Tapi jujur saja, sebenarnya yang membuatku sedih bukan karena belum diterima di mana-mana. Tapi aku sedih melihat kedua orang tuaku sedih.

Keinginanku hanya satu, tahun ini aku nggak boleh nganggur. Bismillah!
Mohon doanya ya kawan!^^