Sabtu, 31 Desember 2016

Jangan, Ya Allah

Allahumma laa taj'alid dunya akbara hammina
Ya Allah, janganlah Kau jadikan urusan dunia itu sebagai kegelisahan terbesar bagi kami

Jumat, 09 Desember 2016

When you try your best but you don't succeed
When you got what you want but not what you need
When you feel so tired but you can't sleep


Yah begitulah. UAS sudah selesai. Dan yaah, begitu.

Selasa, 15 November 2016

Namanya juga Manusia

namanya juga manusia
tempatnya salah
tapi maunya dianggap bener

namanya juga manusia
lupa bersyukur
sukanya ngeluh terus

namanya juga manusia
kalo diingetin
malah nyalahin balik

namanya juga manusia
bilangnya khilaf
tapi besok diulangi lagi

namanya juga manusia...

astaghfirullah...

"Beri ruang untuk orang lain berbuat salah, nak. Dengan begitu kita akan menjadi seorang yang pemaaf dan sabar,"

Senin, 14 November 2016

Oh ya, rasanya baru kemarin menggantikan. Sekarang akan digantikan.

Seemoga diberi pemimpin yang kuat, berilmu, dan amanah. Aamiin...

Minggu, 13 November 2016

Bangun

Bismillah

Siapa sih yang suka gagal? Rasanya pingin pergi naik bemo nggak balik lagi, rasanya pingin teriak di atas puncak kenceng-kenceng. Apalagi kalo gagalnya terus-terusan. Mesti kepikiran, jangan-jangan Allah nggak ridho sama pilihan yang diambil.

Tapi, coba bayangkan kalo Nabi Muhammad punya pikiran kayak gitu, apa iya kita akan mengenal islam? Apa iya islam akan ada di muka bumi ini? Kalo Nabi Muhammad punyai pikiran kayak gitu, beliau pasti punya banyak kesempatan buat milih berhenti yakan? Tapi beliau nggak pernah berhenti.

Karena Rasulullah tahu, bahwa ridho Allah tidak terletak pada sulit atau mudahnya, berat atau ringannya, bahagia atau deritanya, senyum atau lukanya, tawa atau tangisnya. Ridho Allah terletak pada apakah kita menaati-Nya dalam menghadapi semua itu, apakah kita berjalan dengan menjaga perintah dan larangan-Nya dalam semua keadaan dan ikhtiar yang kita lakukan. Jadi, selama kamu berada di jalan itu, tetep semangat ya!!

Setelah mengalami kegalauan dan dilema yang cukup berat, rasanya hati ini jadi lapang kayak abis disuntik vitamin semangat. Begitulah. Semoga semangat ini bisa menular ke teman-teman yang membaca, aamiin...

Selasa, 30 Agustus 2016

Legal

Bismillah...

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah sekarang masih bisa duduk manis sambil makan oishi plus orange juice di depan laptop nyengir-nyengir.

Alhamdulillah, diberi kesempatan untuk merasakan umur ke 17 tahun yang katanya adalah umur emas. Semoga nggak cuma namanya aja yang emas, tapi juga pencapaian dan juga ilmu-ilmunya.

Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih kepada Allah yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Syukron ya Rabb sudah memberikan orang-orang yang menyayangi saya, orang-orang yang peduli, dan orang-orang yang senantiasa mengajak untuk selalu mengingat-Mu.

Yang kedua ucapan terima kasih kepada ibu, ayah, dan mbahuti yang selalu menemani saya dari perjuangan-perjuangan dulu sampai saat ini. Semoga oleh Allah diberikan umur panjang yang barokah. Hila sayang ibu uti ayah!!

Yang ketiga terima kasih untuk diri saya sendiri yang ketika saya lelah dan mengantuk tetap mau menemani saya untuk tetap bekerja memenuhi kewajiban.

Sebenernya masih banyak banget ini ucapan terima kasihnya, tapi besok ulangan fisika....jadi ya.....yaudahah...



Ohyanih lagi jaman jaman pinjem carrier 80 liter hihihihi

Senin, 08 Agustus 2016

Bismillah

Assalammualaikum! Apa kabar? Semoga selalu beristiqoomah dalam segala kebaikan ya!!

Sebenernya maunya ngepost kemarin, karena kemarin itu hari yang bersejarah. Alay sih sebenernya, cuman ini yang tak rasain kemarin.

Jadi kemarin itu ada pelatihan astor sekaligus halal bihalal bareng ikaskilas. Denger-denger juga bakalan ada pengumuman astor. Eh, belum tau ya astor itu apa? Bukan astor makanan itu lho ya (garing<////3). Jadi astor itu asisten mentor, gitu lah pokoknya.

Sebenernya waktu pengumuman itu deg-degan, cuman aku yakin aja sih pasti ini yang terbaik. Terus aku, rosyi, indri, aida, lestari, trus siapa lagi ya lupa itu harus ikut ke liqo'nya mbak anita. Terus terus mbak anita memulai prolognya yang bikin lebih deg-degan.

Dan wow. Aku gapernah mbayangin ini sebelumnya.

Terus pulangnya aku cerita ke ibu, singkat sih responnya, tapi bikin mikir "Emang bisa kamu?"

Hmm, bisa nggak ya...

Bismillahirrahmanirrahim...

Semangat!!!

jika engkau merasa bahwa segala yang di sekitarmu gelap dan pekat,
tidakkah dirimu curiga bahwa engkaulah
yang dikirim oleh Allah untuk menjadi cahaya bagi mereka?
berhentilah mengeluhkan kegelapan itu,
sebab sinarmulah yang sedang mereka nantikan, maka berkilaulah!

Minggu, 31 Juli 2016

Hayo

Assalammualaikum. Apa kabar? Semoga kita selalu ada dalam lingkaran cinta-Nya ya!

Jadi hari jumat kemarin lagi lagi hp ku ketinggalan di rumah. Padahal hari jumat itu bakalan pulang malem karna ada match di DBL. Dari pagi sudah minta tolong ibu buat nganter ke sekolah, berhubung ibu ayah mau ke luar kota dan ndak sejalan ke arah smala jadi ibu nyuruh aku pulang buat ngambil. Yaaaah, dengan sedikit agak males karena panas akhirnya aku pinjem motornya budhi buat pulang, lumayan lah bisa sekalian naruh buku buku biar tasnya jadi enteng.

Tapi Allah punya rencana lain. Ternyata hpku dibawa ibu ke luar kota. Ya Allah:') disuruh ngambil pulang kok malah dibawa hpnya. Astaghfirullah....astaghfirullah...Yasudahlah akhirnya memutuskan untuk ikhlas dan nebeng hp indri.

Ohya! Jadi jumat kemarin itu match pertama setelah lama ndak ngefiveo, yaa istilah gaulnya sih #rindutribun gitu. Ditemani dd dd baru yang menggemaskan (hehe). 

Tapi ada yang aneh waktu di tribun. Cuma perasaanku aja atau gimana, tapi aku ngerasa ada yang berbeda dari biasanya.

Apayaa....
Feelnya....
Rasanya aneh...
Kurang greget....

Ntah ini cuma perasaanku aja atau gimana, kemarin itu cuma kayak nyanyi sama teriak teriak aja. Kurang peka sama matchnya dan fokus nyanyi sama masang koreo, apayaa beda aja gitu dari biasanya. Aku sempet tanya juga ke made, kalo kata made sih ini pembiasaan dulu buat adek adek biar hafal sama lagunya. Ya semoga aja bener gitu. Jangan sampe kita lupa aja kalo kita itu supporter. But over all kemarin bener bener bikin merinding waktu nama gen-gennya muncul. Semangat terus lah buat kawan kawan disana!

Ini baru 2 minggu sekolah tugasya udah banyak aja ya...

Selasa, 19 Juli 2016

Baru?

Jadi hari ini hpku ketinggalan di rumah. Jadi di sekolah sama sekali nggak pegang hp. Keren sih soalnya biasanya kalo hp ketinggalan mesti minta anter ke sekolah, tapi kali ini enggak.

Tapi bukan itu sih intinya.

Agustus masih lama ya. Aku sedih liat ayah ibuku tiap hari nganter jemput aku yang pulangnya nggak pernah pasti jam berapa dan ganggu jam tidur beliau-beliau. Jadi yaaa, pengen cepet punya SIM aja biar bisa kemana-mana sendiri tanpa ngerepotin, gitu.

Ohiya, aku sekarang les lho! Setelah sekian lama nggak pernah les karena nggak suka, sekarang sih butuh ya:') doakan aku rajin les ya kawan!

Hpnya Indri baru, kamera depannya bagus banget bisa buat selfie selfie cantik. Hp Prima juga baru, lucu banget bentuknya, suka lihatnya.

Eh smala juga ada yang baru hihihi. Semoga betah yaa, selamat berpetualang di smala!!! Yah, jadi angkatan tertua ya di smala. Semoga nggak cuman umur aja yang nambah, tapi juga kedewasaan, aamiin.

Hari ini kbm pertama di semester 5, doakan aku nggak tidur di kelas selama kelas xii ya kawan!

Senin, 11 Juli 2016

Allah Dulu, Allah Lagi, Allah Terus

Kemudian dia bangkit dari duduknya, membuka jendela dan menatap langit sore yang tak berawan. Menerawang jauh tentang kehidupan, tentang adiknya yang tak kunjung pulang, cucian yang tidak kering, pekerjaan rumah yang menumpuk, janji yang dibuatnya dengan temannya--dia takut tidak bisa menepatinya, amanah yang berada di pundaknya, dan banyak hal kecil lainnya. Dia takut dunia akan mengambil alih pikirannya.

"Ini tidak benar," pikirnya dalam hati.

Dia menutup jendela itu lagi. Panggilan-Nya sudah terdengar. Tidak akan disia-siakannya kesempatan untuk bertemu dengan-Nya lagi. Sudah saatnya memperbaiki, menambah, dan mempertahankan. Saatnya untuk mempercayakan semuanya kepada-Nya, dia yakin bahwa saat dia bersabar dan bertawakkal, semua akan baik-baik saja.

Minggu, 03 Juli 2016

Penerimaan

Semalam aku sampai pada surat yang selalu berhasil membuatku merinding.

Membacanya membuatku sadar bahwa aku tak sendiri--tak pernah dibiarkan sendiri.

Dalam ayat-ayat di surat itu, aku berharap Allah membukakan hatiku untuk tulus memaafkan diriku sendiri, atas apapun selama ini yang mengekangku dalam berbuat kebaikan. Bahwa Allah Maha Pengampun dan menyukai orang-orang yang bertaubat. Aku berharap Allah melapangkan hatiku untuk menerima segala ketentuan dan ketetapan-Nya dan memberikanku kesempatan untuk memperbaiki apa yang telah kumulai.

Sampai pada ayat terakhir, aku memantapkan hati dan bersiap untuk menerima. Menerima setiap ketentuan yang akan atau telah diberikan padaku. Mengubahnya menjadi rasa syukur dan doa-doa tulus untuk menuju pada-Nya.

Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.

Rabu, 29 Juni 2016

Kita Belum Habis

Aku sudah pernah bilang, jalan ini tidaklah mudah.

Jangan sedih kawan, perjalanan ini tidak pernah menjanjikan jalan yang mulus tanpa rintangan. Tidak pernah menjanjikan usaha tanpa peluh dan kesah. Tidak pernah menjanjikan pengorbanan tanpa air mata. Perjalanan ini adalah milik mereka yang mau memperjuangkan.

Tapi lagi-lagi, sebaik apapun rencana yang dibuat manusia, sesiap apapun kita dalam mempersiapkan, tetap yang berhak memutuskan adalah Allah semata. Apapun yang terjadi sekarang, semua ikhtiar yang sudah kita kerahkan bukan berarti tak ada artinya. Karena ada kalanya kita harus mengalah pada keadaan, karena pada saat itu, bisa jadi Allah sedang membelokkan langkah kita yang mungkin keliru.

Tenang kawan, Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar.

Ù„َا تَØ£ْØ®ُØ°ُÙ‡ُ سِÙ†َØ©ٌ ÙˆَÙ„َا Ù†َÙˆْÙ…ٌ
Allah tidak mengantuk dan tidak tidur.” (QS. Al-Baqarah: 255)
Jangan berhenti kawan, tidak akan dibiarkan usaha dan ikhtiar kita menjadi sia-sia, karena pada hakikatnya tidak ada ilmu yang sia-sia. Jadi jangan pernah berhenti, karena jika berhenti maka kita tidak akan sampai pada tujuan. Mungkin kita harus melangkah mundur, mengambil jarak, atau untuk melihat ulang jalan di depan kita, atau bahkan mencari ulang jalan yang akan ditempuh. Intinya adalah jangan berhenti.

Dan yang terakhir, ikhlaskan. Ikhlaskan meski itu berat, ikhlaskan meski itu menyakitkan. Dan cara yang paling bijak untuk mengikhlaskan adalah dengan bersyukur. Dengan bersyukur, kita akan melihat begitu banyak kebaikan-Nya dibandingkan apa yang tidak kita dapatkan. Jangan takut akan kegagalan, kegagalan itu bukan lawan dari kesuksesan, tapi dia adalah bagian dari kesuksesan.

Selamat berjuang!

Selasa, 28 Juni 2016

Aku nggak bisa tidur.

Bukan, bukan karena ini hari spesial.

Semoga Allah melapangkan dan memudahkan urusan kita semua...

Kamis, 16 Juni 2016

Salat dan Kepemimpinan

Ketika berjamaah di mushala, saya terpikir sesuatu tepat ketika saya berdiri di belakang imam kemudian imam salah bacaan. Saya ingat beliau memakai surat Al A’la pada rakaat kedua. Pada ayat ke sekian beliau lupa kemudian diulang-ulang ayat sebelumnya, dalam shalat makmum terdekat wajib mengingatkan bukan?

Hal ini tiba-tiba menjadi dasar tulisan ini, betapa dalam agama Islam telah dicontohkan dengan amat sangat teramat jelas dan super baik tentang sebuah kepemimpinan, tidak hanya tentang pemimpin tapi juga yang dipimpin, lengkap dengan bagaimana menjalankan proses memimpin dan dipimpin tersebut. Semua contoh kepemimpinan itu terangkum begitu mendasar hanya dalam shalat berjamaah. Berikut hasil “kepikiran” saya tadi.

PERTAMA : Menentukan/Memilih Pemimpin

Dalam shalat berjamaah, harus ada satu imam, tidak boleh lebih, meskipun jumlah makmumnya satu milyar, imam nya hanya satu, pun jumlah makmumnya juga cuma satu. Imamnya juga harus satu. Dalam sebuah perjalanan, harus dipilih salah seorang dari mereka untuk menjadi pemimpin bukan? Dalam shalat, imam haruslah seseorang yang memiliki bacaan Al Quran yang paling baik dan benar. Intinya secara sederhana, imam haruslah orang yang pandai dan cakap. Layaknya memilih imam Masjidil Haram mungkin.

Dalam sebuah masjid biasanya telah ditentukan imam masjid tersebut dan biasa dipilih karena ilmunya lebih baik daripada yang lain, sebab itu dia dipercaya menjadi imam. Sebab imamlah yang akan membawa makmum ke dalam shalat berjamaah yang sah.

Hebatnya, ketika kita dalam perjalanan kemudian masuk mushala lantas tidak satupun diantara yang dalam mushola itu kenal satu sama lain, kemudian hendak salat berjamaah. Salah satu dari mereka harus menjadi imam, padahal kita belum mengenal bagaimana bacaan Qurannya dan sebagainya. Mengenal orangnya saja tidak tapi kita ikhlas menjadi makmum. Seseorang memang harus ikhlas ketika memimpin juga ketika dipimpin bukan?

KEDUA : Menjadi yang Dipimpin

Dalam shalat, makmum wajib hukumnya mengikuti imam. Dan wajib pula hukumnya mengingatkan imam apabila terjadi kesalahan dalam shalatnya, baik salah bacaan maupun kurang hitungan rakaatnya. Kemudian di antara sekian makmum, kita diajarkan dalam shalat berjamaah, makmum yang tepat dibelakang imam adalah makmum yang memiliki bacaan quran sama baiknya dengan imam. Apabila imam batal ditengah-tengah salatnya maka makmum tepat yang dibelakang imamlah yang akan maju kemudian menggantikan imam. Bukan makmum dalam saf paling belakang yang menggantikan bukan?

Makmum yang dibelakang imam memang ditempatkan untuk keadaan-keadaan seperti itu, dalam jamaah sebuah masjid besar pun diposisikan demikian jika kita memperhatikan. Sebab makmum yang terdekat itu akan mengkoreksi bacaan shalat apabila ada yang salah.

Dalam sebuah keberjalanan sebuah kepemimpinan, apabila pemimpin harus mundur di tengah masa kepemimpinannnya,maka harus disiapkan orang yang cakap dan dipercaya untuk menggantikan posisi pemimpin tersebut, bukan secara asal-asalan. Agar pengganti tersebut mampu meneruskan “program kerja” yang telah dibuat oleh pemimpin sebelumnya dengan baik.

Tentu saja apabila seorang imam batal dalam shalat maghrib dan mundur, pengganti imamnya tidak mengubah shalat jamaahnya menjadi shalat isya bukan?

KETIGA : Mengingatkan Pemimpin

Subhanallah, dalam shalat berjamaah. Kita perhatikan ketika misal imam lupa pada bilangan rakaat, kurang satu dalam shalat isya misal. Pada rakaat ketiga imam justru duduk takhiyat akhir. Makmum serempak mengucapkan “Subhanallah” , lantas imam kembali berdiri untuk menggenapkan rakaat disertai makmum.

Dalam shalat berjamaah, kita diajarkan dalam mengingatkan pemimpin bukan dalam bentuk celaan ,tapi sebuah kalimat tasbih “subhanallah”. Cara mengingatkan yang begitu halus. Tidak pernah kita diajarkan untuk mencela pemimpin.

Lalu bagaimana jika imam percaya, bahwa bilangan rakaatnya telah tepat (meskipun pada kebenarannya kurang satu) dan imam tetap melanjutkan duduk takhiyat akhirnya tadi. Makmum wajib mengikuti bukan? Meski sudah diingatkan dengan kalimat pujian tadi, apabila Imam yakin dalam rakaatnya. Makmum diwajibkan tetap mengikuti imam, apabila tidak. Bubarlah shalat jamaah tersebut. Lantas barulah ketika shalat selesai, makmum menggenapkan rakaatnya kemudian selesai shalat mengingatkan kepada imam bahwa tadi rakaatnya kurang. (Mohon koreksinya bila ada kesalahan pemahaman saya terhadap bab Fiqih ini)

Dalam sebuah perjalanan tersebut tidak diadakan yang namanya “kudeta” dalam shalat berjamaah. Sebuah proses kepemimpinan harus dijalankan hingga selesai, barulah setelah selesai masa kepemimpinan tersebut. Apabila pemimpin memiliki kesalahan, yang dipimpin wajib hukumnya mengingatkan. Pun yang dipimpin tadi telah menunaikan apa-apa yang alfa dari pemimpin tersebut.

KEEMPAT : Semasa Kepemimpinan

Tidak pernah dalam sebuah shalat berjamaah ada makmum yang mengkudeta imam, imam akan mundur dengan sendirinya apabila selama keberjalanan shalat berjamaah ia gagal memenuhi syarat menjadi imam (misal batal karena kentut, dll). Imam dengan kesadaran dirinya harus mundur untuk digantikan kepemimpinannya oleh makmum yang cakap, yaitu yang tepat dibelakangnya. Jika imam meneruskan shalatnya dalam keadaan tidak suci tadi, maka ditanggunglah segala dosa dari semua makmumnya. Sebab jelas mungkin makmum tidak tahu jika sang imam telah batal salatnya.

Selama masa kepemimpinan, wajib bagi makmum untuk taat kepada imam, apakah imam tersebut lambat atau cepat dalam memimpin shalat. Makmum tidak dibenarkan untuk mendahului imam.

Kita juga tahu,dalam satu masjid tidak dibenarkan ada 2 barisan jamaah shalat, keduanya memiliki imam masing-masing. Jika ingin membentuk jamaah baru, pastikan shalat jamaah yang sebelumnya telah selesai. Kita tidak bisa dan tidak dibenarkan mendirikan negara baru didalam sebuah negara yang berdaulat bukan. Atau kita mendirikan organisasi baru dalam sebuah organisasi.

Tentu saja makmum yang kemudian masuk ke masjid, akan bingung dan bertanya, “Loh kok ada dua shalat berjamaah? Keduanya memiliki imam dan makmum, saya harus masuk jamaah yang mana?”


Itu baru sedikit yang saya ungkapkan, sejatinya panjang dan lebar. Tapi marilah kita sama-sama mengambil hikmah, pengajaran berharga terutama dari hal yang sederhana dan setiap hari kita lakukan, yaitu shalat. Utamanya, shalat berjamaah.


©kurniawangunadi

Sabtu, 11 Juni 2016

Selasa, 10 Mei 2016

💔


Dan aku berdiri teguh bukan untuk melihatmu jatuh.


Demo SS S2LC 2015

Kangen sama orangnya, kangen sama momennya, kangen sama semuanyaaa

Jumat, 15 April 2016

Kamu Tahu

Kamu tahu itu tidak benar tapi kamu membiarkannya
Kamu tahu itu tidak sesuai tapi kamu tetap diam
Kamu tahu yang benar bagaimana tapi kamu menyimpannya sendiri
Kamu tahu kamu dibutuhkan tapi kamu tidak bergerak
Kamu tahu sekaranglah giliranmu tapi kamu menolak

Kamu tahu, tapi kamu hanya sebatas tahu

Dan kamu meminta orang lain untuk mengerti sedangkan kamu tetap di tempat dan asyik dengan zona nyamanmu
Kamu meminta orang lain menunggu padahal mereka tak lama lagi akan tiba di tempat yang sama denganmu
Kamu meminta orang lain memaklumi jalanmu saat harusnya kamu sudah berlari jauh

Lalu dibagian mana yang menggambarkan sebuah perjuangan untuk rumahmu? Rumah yang selama ini telah memberikan banyak hal untukmu.

Jumat, 08 April 2016

Harapan itu Masih Ada

Diumur sembilan tahun harapan itu tumbuh dan selalu mekar tiap kali bertemu. Pagi itu, seperti biasa di hari Minggu aku harus pergi untuk ke sanggar tari. Lumayan dekat dari rumah, sanggar tari itu ada di belakang THR, hmm lebih tepatnya di belakang Hi Tech Mall. Tentu saja aku berangkat dengan semangat, karena itu satu-satunya kegiatan di luar sekolah yang membuatku terlihat sibuk. Hehehe.

Karena sudah sering ke sanggar, hafal dengan rute jalannya. Bertemu dengan sekolah yang sangat-sangat super di Surabaya. Sekolah idaman. Sekolah "orang-orang besar" kata ayah.

"Bismillah."

Tekad itu tumbuh seiring umurku bertambah.

Pernah saat berangkat ke sanggar di hari-hari kerja karena harus latihan intensif (maklum, ada lomba). Sekolah itu benar-benar hidup. Aku melihat begitu banyak siswa dengan wajah-wajah sangarnya, dengan raut muka begitu percaya diri dengan potensinya.

"Sabar, Hil. Beberapa tahun lagi. Bismillah."

Jujur saat pengunguman PPDB SMP sempat sedih karena tidak mendapat pilihan pertama. Tapi Ibu selalu mengingatkan bahwa rencana Allah pasti yang terbaik.

Lama-lama harapan ini menjadi sebuah target yang harus dicapai. Sebenarnya sebuah motivasi melihat sahabat sendiri bisa belajar disana, kenapa aku tidak?

Dan kini, setelah sudah menjadi bagian darinya. Harapan itu masih ada, harapan ini tidak akan berhenti sekarang, tidak nanti maupun juga besok.

Ya Allah, dampingilah aku dan teman-teman untuk tetap menjaga harapan kami dan harapan para penerus maupun pendahulu kami. Agar tetap jaya namanya, agar tetap bisa mencetak calon pemimpin peradaban.

Aamiin...

#SlamaneSmalane

Selasa, 05 April 2016

nggak perlu jadi orang lain untuk terlihat baik

Akhirnya menemukan sesuatu yang selama ini selalu jadi pikiran. Selamat membaca :)


Karena Ukuran Kita Tak Sama
oleh Salim A. Fillah dalam Inspirasi. 02/04/2012

Seperti sepatu yang kita pakai, tiap kaki memiliki ukurannya
memaksakan tapal kecil untuk telapak besar akan menyakiti
memaksakan sepatu besar untuk tapal kecil merepotkan
kaki-kaki yang nyaman dalam sepatunya akan berbaris rapi-rapi
Seorang lelaki tinggi besar berlari-lari di tengah padang. Siang itu, mentari seakan didekatkan hingga sejengkal. Pasir membara, ranting-ranting menyala dalam tiupan angin yang keras dan panas. Dan lelaki itu masih berlari-lari. Lelaki itu menutupi wajah dari pasir yang beterbangan dengan surbannya, mengejar dan menggiring seekor anak unta.
Di padang gembalaan tak jauh darinya, berdiri sebuah dangau pribadi berjendela. Sang pemilik, ’Utsman ibn ‘Affan, sedang beristirahat sambil melantun Al Quran, dengan menyanding air sejuk dan buah-buahan. Ketika melihat lelaki nan berlari-lari itu dan mengenalnya,
“Masya Allah” ’Utsman berseru, ”Bukankah itu Amirul Mukminin?!”
Ya, lelaki tinggi besar itu adalah ‘Umar ibn Al Khaththab.
”Ya Amirul Mukminin!” teriak ‘Utsman sekuat tenaga dari pintu dangaunya,
“Apa yang kau lakukan tengah angin ganas ini? Masuklah kemari!”
Dinding dangau di samping Utsman berderak keras diterpa angin yang deras.
”Seekor unta zakat terpisah dari kawanannya. Aku takut Allah akan menanyakannya padaku. Aku akan menangkapnya. Masuklah hai ‘Utsman!” ’Umar berteriak dari kejauhan. Suaranya bersiponggang menggema memenuhi lembah dan bukit di sekalian padang.
“Masuklah kemari!” seru ‘Utsman,“Akan kusuruh pembantuku menangkapnya untukmu!”.
”Tidak!”, balas ‘Umar, “Masuklah ‘Utsman! Masuklah!”
“Demi Allah, hai Amirul Mukminin, kemarilah, Insya Allah unta itu akan kita dapatkan kembali.“
“Tidak, ini tanggung jawabku. Masuklah engkau hai ‘Utsman, anginnya makin keras, badai pasirnya mengganas!”
Angin makin kencang membawa butiran pasir membara. ‘Utsman pun masuk dan menutup pintu dangaunya. Dia bersandar dibaliknya & bergumam,
”Demi Allah, benarlah Dia & RasulNya. Engkau memang bagai Musa. Seorang yang kuat lagi terpercaya.”
‘Umar memang bukan ‘Utsman. Pun juga sebaliknya. Mereka berbeda, dan masing-masing menjadi unik dengan watak khas yang dimiliki.
‘Umar, jagoan yang biasa bergulat di Ukazh, tumbuh di tengah bani Makhzum nan keras & bani Adi nan jantan, kini memimpin kaum mukminin. Sifat-sifat itu –keras, jantan, tegas, tanggungjawab & ringan tangan turun gelanggang – dibawa ‘Umar, menjadi ciri khas kepemimpinannya.
‘Utsman, lelaki pemalu, anak tersayang kabilahnya, datang dari keluarga bani ‘Umayyah yang kaya raya dan terbiasa hidup nyaman sentausa. ’Umar tahu itu. Maka tak dimintanya ‘Utsman ikut turun ke sengatan mentari bersamanya mengejar unta zakat yang melarikan diri. Tidak. Itu bukan kebiasaan ‘Utsman. Rasa malulah yang menjadi akhlaq cantiknya. Kehalusan budi perhiasannya. Kedermawanan yang jadi jiwanya. Andai ‘Utsman jadi menyuruh sahayanya mengejar unta zakat itu; sang budak pasti dibebaskan karena Allah & dibekalinya bertimbun dinar.
Itulah ‘Umar. Dan inilah ‘Utsman. Mereka berbeda.
Bagaimanapun, Anas ibn Malik bersaksi bahwa ‘Utsman berusaha keras meneladani sebagian perilaku mulia ‘Umar sejauh jangkauan dirinya. Hidup sederhana ketika menjabat sebagai Khalifah misalnya.
“Suatu hari aku melihat ‘Utsman berkhutbah di mimbar Nabi ShallaLlaahu ‘Alaihi wa Sallam di Masjid Nabawi,” kata Anas . “Aku menghitung tambalan di surban dan jubah ‘Utsman”, lanjut Anas, “Dan kutemukan tak kurang dari tiga puluh dua jahitan.”
Dalam Dekapan ukhuwah, kita punya ukuran-ukuran yang tak serupa. Kita memiliki latar belakang yang berlainan. Maka tindak utama yang harus kita punya adalah; jangan mengukur orang dengan baju kita sendiri, atau baju milik tokoh lain lagi.
Dalam dekapan ukhuwah setiap manusia tetaplah dirinya. Tak ada yang berhak memaksa sesamanya untuk menjadi sesiapa yang ada dalam angannya.
Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat tulus pada saudara yang sedang diberi amanah memimpin umat. Tetapi jangan membebani dengan cara membandingkan dia terus-menerus kepada ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz.
Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat pada saudara yang tengah diamanahi kekayaan. Tetapi jangan membebaninya dengan cara menyebut-nyebut selalu kisah berinfaqnya ‘Abdurrahman ibn ‘Auf.
Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat saudara yang dianugerahi ilmu. Tapi jangan membuatnya merasa berat dengan menuntutnya agar menjadi Zaid ibn Tsabit yang menguasai bahawa Ibrani dalam empat belas hari.
Sungguh tidak bijak menuntut seseorang untuk menjadi orang lain di zaman yang sama, apalagi menggugatnya agar tepat seperti tokoh lain pada masa yang berbeda. ‘Ali ibn Abi Thalib yang pernah diperlakukan begitu, punya jawaban yang telak dan lucu.
“Dulu di zaman khalifah Abu Bakar dan ‘Umar” kata lelaki kepada ‘Ali, “Keadaannya begitu tentram, damai dan penuh berkah. Mengapa di masa kekhalifahanmu, hai Amirul Mukminin, keadaanya begini kacau dan rusak?”
“Sebab,” kata ‘Ali sambil tersenyum, “Pada zaman Abu Bakar dan ‘Umar, rakyatnya seperti aku.
Adapun di zamanku ini, rakyatnya seperti kamu!”
Dalam dekapan ukhuwah, segala kecemerlangan generasi Salaf memang ada untuk kita teladani. Tetapi caranya bukan menuntut orang lain berperilaku seperti halnya Abu Bakar, ‘Umar, “Utsman atau ‘Ali.
Sebagaimana Nabi tidak meminta Sa’d ibn Abi Waqqash melakukan peran Abu Bakar, fahamilah dalam-dalam tiap pribadi. Selebihnya jadikanlah diri kita sebagai orang paling berhak meneladani mereka. Tuntutlah diri untuk berperilaku sebagaimana para salafush shalih dan sesudah itu tak perlu sakit hati jika kawan-kawan lain tak mengikuti.
Sebab teladan yang masih menuntut sesama untuk juga menjadi teladan, akan kehilangan makna keteladanan itu sendiri. Maka jadilah kita teladan yang sunyi dalam dekapan ukhuwah.
Ialah teladan yang memahami bahwa masing-masing hati memiliki kecenderungannya, masing-masing badan memiliki pakaiannya dan masing-masing kaki mempunyai sepatunya. Teladan yang tak bersyarat dan sunyi akan membawa damai. Dalam damai pula keteladannya akan menjadi ikutan sepanjang masa.
Selanjutnya, kita harus belajar untuk menerima bahwa sudut pandang orang lain adalah juga sudut pandang yang absah. Sebagai sesama mukmin, perbedaan dalam hal-hal bukan asasi
tak lagi terpisah sebagai “haq” dan “bathil”. Istilah yang tepat adalah “shawab” dan “khatha”.
Tempaan pengalaman yang tak serupa akan membuatnya lebih berlainan lagi antara satu dengan yang lain.
Seyakin-yakinnya kita dengan apa yang kita pahami, itu tidak seharusnya membuat kita terbutakan dari kebenaran yang lebih bercahaya.
Imam Asy Syafi’i pernah menyatakan hal ini dengan indah. “Pendapatku ini benar,” ujar beliau,”Tetapi mungkin mengandung kesalahan. Adapun pendapat orang lain itu salah, namun bisa jadi mengandung kebenaran.”
sepenuh cinta,
Salim A. Fillah

Senin, 04 April 2016

Semangat, Hil!

Mimpi, cita-cita, keinginan, target, tujuan.

Kadang kita lupa, punya target tinggi berarti usaha yang dilakukan pun juga harus tinggi, diatas rata-rata. Tidak bisa target tinggi dibayar dengan usaha yang murah. Mesti mahal dan penuh pengorbanan. 

Kemarin semua jadi lebih jelas, tuh kan.

Selasa, 09 Februari 2016

Memanggil Kesetiaan

Tolong.

Sejauh apapun kalian, sesibuk apapun kalian, tolong saat kewajiban itu memanggil, datanglah...

Minggu, 07 Februari 2016

Yhaaaaa

Seminggu lebih pisah sama laptop bukan hal yang mudah, buatku...

Apalagi di masa-masa yang lagi butuh banyak bersama laptop, bikin tugas misalnya.

Akhir-akhir ini jadi alay, manggil tiap barang dengan akhiran 'perjuangan' misalnya. Laptop ini salah satunya, ini laptop perjuanganku. Sudah lima tahun bersama, suka maupun duka. Tiap kali trouble alhamdulillah berhasil tanpa harus dibawa ke tempat reparasi, tapi yang terakhir ini masalahnya sama windows yang nggak mau ke-load :')

Alhamdulillah kemarin sudah selesai, tapi.....

TAAAAPIIIIIII!!!!

TAPIIIIIIII!!!

TAPIIII

TAAAAPIIIIIIIIII




FILENYA HILANG SEMUA!!!!!!!!


AAAAAAAAA
AAAAAAAA
AAAAAAA
AAAAAA
AAAAA
AAAA
AAA
AA
A

Bahkan games kesukaanku, games minesweeper nya juga nggak ada!!!!

Yasudahlah.
Biarkan mengalir seperti air, biarkan dia menulis ceritanya sendiri.
Mungkin cerita tiap tahun memang harus berbeda. Atau sama, dengan bumbu yang berbeda.
#baper #ganyambung

Minggu, 31 Januari 2016

Kambing Hitam

Bukan salah waktu, bukan nggak punya waktu. Tapi kamu yang nggak bisa bagi waktu.

Mungkin menjadi sesuatu yang disempatkan tidak seburuk yang kita kira, bahkan mendapat waktu sisa sama sekali tidak menunjukkan ketidakberhargaan.

Karena waktu adalah uang, berapapun jumlahnya, dia tetap berharga. Tinggal bagaimana cara kita mengolahnya.

Sayangnya waktu selalu menjadi kambing hitam atas kegagalan penggunanya.

Yang salah adalah kamu, dan caramu membagi waktu.

Ah, tapi sudah terlanjur...

Senin, 25 Januari 2016

Barangkali kedewasaan ini hanya kesombongan diri yang merasa cukup dewasa untuk menyelesaikan masalah....

Toh pada akhirnya tetap saja, tidak ada apa-apanya dibanding mereka dulu

Bisa apa kamu, Hil?

Sabtu, 23 Januari 2016

Esensi yang Hilang Esensi

Esensi /esen·si/ /ésénsi/ n hakikat; inti; hal yang pokok.
(Sumber: kbbi)

Esensi adalah "apa"nya kenyataan, yaitu hakikatnya. Pengertian mengenai esensi mengalami perubahan sesuai dengan konsep penggunaannya, sehingga esensi ialah pada konsepnya sendiri. Menurut Thomas Aquinas, esensi adalah "apa"nya sesuatu yang terlepas dari persoalan apakah sesuatu itu ada atau tidak.
(Sumber: wikipedia)

Entahlah ya, kenapa aku nggak bisa menemukan titik lucu tentang lelucon esensi(?)
Atau aku yang alay terlalu nganggep serius....ehehehe

Selasa, 19 Januari 2016

Semua Orang Ingin Dimengerti

Mungkin selama ini kita tahunya bahwa wanita yang ingin terus dimengerti. Padahal, semua orang juga ingin dimengerti

Aku tidak pernah menuntut seseorang untuk bisa mengerti apa yang kurasakan, tapi entah mereka selalu berhasil menebak apa yang sedang kurasakan. Mereka bilang aku sedikit ekspresif. Baiklah, jika dengan ekspresif adalah usahaku untuk ingin dimengerti. Tapi bagaimana jika ternyata aku tidak ingin ditebak?

Sebenarnya, aku sedang berusaha untuk menguranginya. Aku hanya tidak ingin mereka tahu. Barangkali aku sedang lelah dan aku tidak ingin mereka tahu aku lelah biar mereka tidak ikut lelah juga(?) Hmmm, aku cuma nggak mau mereka khawatir, kok....

Dan sekali lagi, semua orang ingin dimengerti. Entah itu dimengerti saat dia membutuhkan semangat atau sekedar dimengerti agar kamu jangan mengganggu waktu sendirinya. Aku serius, kita semua butuh waktu untuk sendiri, entah untuk instropeksi atau mengenal diri atau untuk mendekat dengan-Nya.

Jadi, mari buka mata lebar-lebar, lihat baik-baik. Buka telinga lebar-lebar, dengarkan dengan seksama. Buka hati lebar-lebar, mengertilah. Agar saat seseorang ingin dimengerti, kita tahu apa yang harus dilakukan...

Rabu, 06 Januari 2016

18' 57"

Mungkin dulu waktu denger pertama kali kata-kata itu rasanya semacam suntikan yang kamu nggak tahu isinya apa, tiba-tiba bisa semangat. Aneh.

"Ayo lampaui batasmu!"

Kemarin waktunya olah raga, padahal sudah seneng paginya hujan biar nggak olah raga, ternyata Allah punya rencana lain. Olah raga pertama di semester 2, tapi materinya udah kayak mau ujian sekolah. Lari 3 putaran komplek. Fyi, satu putaran panjangnya 800 m, yang artinya 3 kali putaran sama dengan 2,4 km. Great. 

Entah kenapa lari putaran komplek sedikit banyak memberi kenangan. "Jangan berhenti, kalo berhenti tambah capek kalo mulai lagi" jadi aku nggak mau berhenti minimal satu putaran dulu. Lariku konstan, tidak cepat juga tidak lambat, yang penting lari. Sebenernya godaan berat liat temen-temen banyak yang jalan, tapi aku mau satu putaran tanpa jalan dulu. 

Terus sadar sama sesuatu yang selama ini aku tahu, tapi baru pertama lihat buktinya. Adalah persaingan yang tujuannya untuk mengalahkan orang lain, nggak akan ada manfaatnya. Sama kayak kamu lari cepet buat ada di depan temenmu, terus kalo sudah di depan kamu jalan lagi, gitu seterusnya. Akhirnya capek juga. Dulu aku juga gitu soalnya, hehehe.

Alhamdulillah lari putaran pertama tanpa jalan. Putaran kedua juga nggak mau kalah dari putaran pertama. Nggak boleh jalan. Rasanya lebih mudah nggak tahu kenapa, mungkin sudah biasa sama putaran pertama.

Masuk putaran ketiga, sempet ada pikiran buat jalan soalnya temen-temen juga jalan. Tapi kalo dipikir-pikir, kasihan juga putaran pertama sama kedua jadi sia-sia kalo di putaran ketiga jalan. Di ujung jalan itu, nggak tahu kenapa reflek naikin kecepatan lari. Tuhkan, banyak kenangan lari komplek.

Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, akhirnya paham tentang melampaui batas. Bukan untuk mengalahkan orang lain, tapi mengalahkan batasan-batasan diri yang sebenernya ada karena kita sendiri yang membuatnya.


"...Sejatinya, dalam hidup ini, kita tidak pernah berusaha mengalahkan orang lain, dan itu sama sekali tidak perlu. Kita cukup mengalahkan diri sendiri. Egoisme. Ketidakpedulian. Ambisi. Rasa takut. Pertanyaan. Keraguan. Sekali kau bisa menang dalam pertempuran itu, maka pertempuran lainnya akan mudah saja." - Guru Bushi. (Pulang hal. 219 - Tere Liye)

ps: sekarang kakiku kaku kaku

Minggu, 03 Januari 2016

Produktif kok!

Maunya postingan pertama di 2016 tentang asyiknya liburanku. Tentang pergi ke gunung atau danau atau air terjun atau hutan atau taman

Sayangnya gagal buat liburan ke Jogja, hiks

Bahkan rencana awal liburan buat ke toko buku barusan keturutan

Jadilah liburan yang sangat produktif

Iya produktif

level 10 medium Inspector Parker
Itu game jaman sd sih, tapi susahnya tetep sama ternyata, padahal udah SMA juga huahaha

Kalo sudah sampe level 9 pangkatnya jadi Chief Inspector

Kalo sudah menang nih huehehe

Coba aja asik banget gabohong!!

Minesweeper tingkat intermediate

Sudah lama gamain ini karena udah gapernah buka laptop, tapi asyiknya tetep ndak ilang. Serius. Dulu tiap kali stres mainnya ini. Yang advanced agak susah:(

Sedih karena gapunya buku buat dibaca lagi

Lusa sudah masuk sekolah uwaaahh! 

Hmm, upacara pertama di semester 2, bismillah.