Jumat, 27 November 2015

Yuk Lihat Atas

Seorang pekerja di proyek bangunan naik ke atas tembok yang sangat tinggi. Suatu saat dia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya.

Pekerja itu berteriak-teriak tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja. Sehingga usahanya sia-sia saja.
Untuk menarik perhatian temannya tersebut, ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu, lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tapi usahanya yang kedua pun menghasilkan hasil yang sama.

Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil, lalu melemparkannya ke arah orang itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, temannya menengadah ke atas. Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya.



Adakalanya Allah menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. Sering kali Allah melimpahi kita dengan rahmat, kasih sayang, cinta, tapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepada-Nya.
Karena itu, agar kita selalu mengingat-Nya, Allah sesekali menjatuhkan kerikil kepada kita.
Kemampuan setiap orang dalam menyikapi masalah berbeda satu sama lain. Tapi satu yang pasti, Allah itu Maha Penolong. Kita sering melupakan hal ini.
Saat badai menerpa hidup kita, saat kita merasa sakit, galau, kita tidak buru-buru datang kepada Allah. Kita tidak buru-buru minta bantuan kepada Allah. Kita ngerasa,
“Gue mampu, kok, ngehadepin semua ini...sendirian”



Makasih Indri sudah minjemin buku “Ya Allah, Aku Lelah”

Semoga bermanfaat!

Selasa, 24 November 2015

Ego

Semua orang memang ingin di dengar. Semua orang memang ingin diperhatikan. Semua orang memang ingin berada di tempat yang terlihat. Semua orang...

Tadi, aku duduk diam, memperhatikan. Ternyata, jika aku berada di posisi orang lain, pembicaraan ini sangat aneh. Satu dengan suara yang tidak santai berbicara, dua dengan mengingatkan untuk santai tapi dengan cara yang tidak santai, tiga dengan terlalu santai seolah tidak peduli dengan apa yang terjdi.


Orang-orang ini sedang apa?

Selasa, 17 November 2015

Kemana? (2)

Sebenernya ini postingan buat kemarin sih. Tapi karena internet trouble, yasudahlaah jadi dobel buat hari ini

Pernah kepikiran nggak sih, kenapa kok orang baik yang digambarin di sinetron-sinetron Indonesia itu yang sukanya nangis, pasrah, lemah trus buaik banget.
Ya sebenernya buat baiknya sih nggak masalah. Cuman untuk suka nangis, pasrah, dan lemah ini lho. Uti itu sukanya nonton sinetron-sinetron, karena aku harus nemenin tiap kali nonton, mau nggak mau aku jadi ikutan ngikutin sinetronnya. 
Gemes nggak sih lihat tokoh utama yang baik difitnah dan dia cuman nangis?-_- sebenernya aku nggak peduli sih, cuman uti itu kalo nonton film suka ikut komentar:') jadi yaa....begitulah. Kenapa ya?
Padahal kan kalo mau nunjukin baik hati nggaperlu sampe segitunya gitulho. Kesannya kan kayak orang baik selalu tertindas, ya walaupun sudah pasti nggak akan mati ataupun kalah karena tokoh utama, tapi kan tetep aja bikin gemes!!

Hmm, jadi orang baik itu susah ya. Bahkan sekedar taat peraturan pun susah. Kayak tadi pagi, sudah jelas-jelas lampunya merah masih aja jalan, akhirnya hampir nabrak motor Ibu. Padahal aturan ada itu kan untuk menertibkan. Coba deh kalo gaada lampu lalu lintas. Pasti saling tabrak. 
Alhamdulillah, di Surabaya ini masih ada orang-orang baik. Pernah denger cerita tentang tukang becak yang baik hati? Beliau menggratiskan penumpang pada hari Jumat, beliau infaq kan tenaganya untuk membantu orang lain, karena memang uang yang dimiliki juga pas-pasan. 

Kalo kata ayah, kebaikan kayak gitu datangnya dari kesadaran tentang tujuan hidup, mau apa di dunia ini? Banyak lho orang-orang yang nggak bisa jawab pertanyaan simpel itu. Kalo kata K.H Zainuddin MZ banyak orang yang mikir kalo hidup itu sekedar HARDOLIN. Dhahar (makan), modol (buang kotoran), dan dulin (main). Padahal hidup tanpa tujuan itu sama kayak naik mobil tanpa tujuan, gatau gajelas mau kemana. Yang ada waktu habis, badan capek, bensin kebuang percuma, tapi hasilnya nggak ada.

Dan Islam sudah memberikan jawaban yang ringkas, padat dan jelas tentang tujuan hidup, yaitu 
"mencari Ridho Allah maka kita tidak akan rugi"

SEMANGAT!!

Astaghfirullah...

Kenapa ya hari ini banyak hal mengecewakan? Rasanya pengen nangis, pulang terus yaudah. Tapi nggabisa gitu. 
Jadi inget Yudhistira waktu ayahnya meninggal dunia. Dia nggak nangis karena dia meyakini kalo ketegarannya itu kekuatan adik-adiknya. Eh ternyata adiknya nggak nangis, karena adik-adiknya meyakini kalo kekuatan mereka itu kepercayaan diri kakaknya. Masya Allah.
Intinya sih, saling menguatkan.

Apaya, rasanya nggak pantes ngomong gini. Tapi tadi itu ada yang mengeluhkan karena berjuang sendiri. Ya memang berjuang sendiri itu capek, lelah, letih atau apapun itu. Tapi toh saat hasilnya maksimal, rasa senangnya itu lho, berkali-kali lipat. Lagipula kan itu untuk kepentingan bersama. Apaya, aku jadi bingung. Rasanya semuanya pengen keluar dalam satu waktu. Gatau mau nulis apa...

Tapi selalu, Allah punya penutup yang terbaik
Rasanya kayak tertampar omongan sendiri. Mungkin ini yang dulu dimaksud Pak Carlos hikmah berdakwah (jangan pernah merasa tidak pantas untuk berdakwah)

Semangat!!

Jumat, 13 November 2015

Pesan: Jangan Jadi Generasi Wacana

XXIII

Jadi ini ceritanya latepost. Gapapa kan, ya?

Aku belum pernah cerita tentang XXIII sama sekali di blog ini. Jadi yaaa, kemarin itu upacara besar terakhir kami. Ah baper kaan

Semangat ya teman-teman! Yuk jadikan amanah mbak mas ini sebagai ladang pahala kebaikan!!!!

Selasa, 10 November 2015

Hanya Angan

Aku ingin sebuah awal yang sempurna
Konsep yang tertata
Bekal yang siap
dan tenaga yang cukup

Aku ingin rekan yang setujuan
Mau mendengarkan
Mau menerima
dan pantang menyerah

Tapi...
Roda terus berputar membawa beban
Angin terus mengalir mengubah musim
dan aku, tetap diam menunggu ada yang bergerak

Jadi, kapan bisa jalan?

Senin, 02 November 2015

Aku Penggemar Rahasia

Hari ini bukanlah hari yang bisa dibilang mengesankan. Tapi Allah selalu menyimpan yang terbaik untuk terakhir, bukan? Hari ini aku baru sampai rumah jam setengah 8, ayah sudah di depan menunggu untuk menonton Ashoka (kalian harus melihatnya, Ashoka baik hatinya)
Ayah memanggil, mengajakku pergi. Sudah lama sekali terakhir aku pergi berdua.

Ayahku bukanlah sosok yang pandai berbicara dengan kata-kata indah, tapi semua yang diucapkan seolah memiliki arti yang tersirat. Ternyata ayah mengajakku pergi ke Tahu Telor Pak Jayen. Di jalan, ayah memulai ceritanya...

A: "Hila tau? Pak Jayen ini temennya ayah (gapaham kenapa semua orang temen ayah, di lain cerita ayah juga bilang tukang parkir di Petra Togamas yang ramah itu temennya). Dulu itu Pak Jayen kalo jualan pake gerobak. Sekarang liat, sudah punya banyak cabang, ada pegawainya"
H: "Wih, iyata yah? Kok bisa? Pasti Pak Jayen orangnya giat pekerja keras?"
A: "Pak Jayen itu orangnya taqwa sama Allah. Dulu itu istrinya pembantu rumah tangga. Sekarang liat. Hila tau arti taqwa?"
H: "Tau yah, menjalani perintah-Nya menjauhi larangan-Nya"
A: "Iya, dulu itu sering difitnah sama orang-orang, tapi karena orangnya bertaqwa mungkin karena itu jadi dimudahkan jalannya sama Allah."

Terima kasih ayah, sudah menjawab semua kegalauanku untuk hari ini...

Minggu, 01 November 2015

Giliran Kami

"Kini saatnya kamu dan temanmu 'tuk bergandengan lebih erat menjalankan roda kehidupan di smala :") Semoga bisa lebih sukses dari kamii!! :")"

#kemudianbaper

Bismillahirrahmanirrahim...

Semangat untuk para Prajurit Langit!

Oh, jadi begini rasanya.

Ternyata memilih jauh lebih susah dari pada menjadi sebuah pilihan. Apalagi untuk memilih seorang pemimpin. Berkali-kali sanggahan muncul, ini dan itu. Bersyukur masih ada yang mengingatkan "Bukan memilih yang terbaik, tapi yang sesuai"

Sebenarnya sedikit bingung, mungkin karena baru pertama kali. Kenapa saat yang lain diberi kesempatan, yang satunya tidak? Kenapa saat yang satunya ditinggikan, yang lain tidak ikut ditinggikan? Pada akhirnya semua tentang memaafkan masa lalu dan mencoba percaya untuk kedepannya. Karena takdir ini bukan tentang kesempatan yang ada, tapi pilihan yang dipilih.

Semangat teman-teman! Perjalanan dakwah memang berat, jadikan amanahmu sebagai ladang pahala kebaikan! 

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ دَعَا اِلَى هُدًي كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبَعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْئا وَمَنْ دَعَا اِلَى ضَلَالَةَ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثلُ آثَامِ مَنْ تَبَعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئا (روه مسلم(
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “siapa saja yang mengajak kepada kepada kebenaran, maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikitpun. Dan siapa saja yang mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapat dosa seperti dosa orang yang mengerjakan tanpa dikurangi sedikitpun” (HR Muslim)