Kamis, 07 Desember 2017

Melewati Jalan

Sebuah pertemuan selalu membawaku pada sesuatu yang baru; ilmu, hikmah, pengalaman, cerita, dll. Entah untuk apapun nanti akhirnya, aku percaya bahwa setiap orang akan memiliki tempat tersendiri di hati kita, di ingatan kita. Walau tidak semua yang ditinggalkan adalah sesuatu yang baik--luka, ingatan sedih, tangisan--pasti akan ada hikmah yang bisa dipetik.

Sebaliknya, perpisahan bukan selamanya hal yang menyedihkan. Mungkin kita berpisah untuk bertemu kembali atau bisa jadi perpisahan itu sebuah tanda bahwa kita telah berhasil melewati tantangan dan bersiap dengan tantangan yang baru. Iya, kita sama-sama tidak tahu. Yang kita sama-sama tahu adalah tidak ada kebetulan di dunia ini. Semuanya telah diatur seindah mungkin oleh-Nya.

Akhir-akhir ini, aku sedang merencanakan sebuah perpisahan yang aku sendiri tidak begitu pede untuk menyatakan alasannya. Banyak hal yang kupertimbangkan, tapi aku begitu payah bahkan untuk membayangkannya saja. Terkadang aku iri, pada mereka yang dengan yakin untuk memutuskan dan berani untuk menghadapi risiko di depannya. Sebenarnya aku tidak secupu itu, tapi aku juga tidak seberani itu. Aku hanya butuh sedikit dorongan atau diyakinkan atau sebuah pernyataan yang meyakinkanku, bahwa aku akan baik-baik saja.

Nyatanya, sampai sekarang pun aku belum benar-benar bisa memutuskan. Entah kenapa bayangan-bayangan tentang kemungkinan terburuk selalu berhasil membuatku stuck bahkan mundur selangkah. Sepertinya aku sedang tidak sehat, mungkin aku juga belum sepenuhnya melibatkan-Nya. Padahal aku ini bukan apa-apa tanpa-Nya.

Semoga hujan Desember menemaniku dalam mengambil keputusan. Tidak tidak, aku tidak minta banyak. Cukuplah ridho-Nya bagiku.

Selasa, 17 Oktober 2017

Terhalang Dosa

Astaghfirullah astaghfirullah astaghfirullah...
Sudah hampir dua jam tapi bahkan 5 ayat belum lancar, rasanya ingin menangis.

Baru kemarin malam, aku mengevaluasi kinerjaku selama satu tahun belakangan ini -- yang harusnya kulakukan jauh jauh hari yang lalu, tapi baru kulakukan. Dan ternyata, banyak hal kecil yang terlewatkan dan banyak hal nggak penting yang kulakukan. Berlagak lelah, payah, padahal baru sedikit menghasilkan.

Mungkin, inilah kenapa aku masih di sini-sini saja, tidak ada perubahan yang signifikan. Padahal target tinggi terpampang.

Semoga Allah ridhoi dan kuatkan dalam tiap langkah yang kita ambil.

Selasa, 29 Agustus 2017

18

Bismillah....

Tidak ada yang spesial sebenarnya. Hanya saja aku ingin berbagi rasa syukurku telah dikelilingi orang-orang hebat dan keren!

Terima kasih untuk orang tuaku, yang selama 18 tahun ini menemani setiap perjuanganku dengan ikhlas dan dukungan all out, tanpa mengeluh dan selalu men-support dari semua aspek. Dan yang membuatku kadang merasa bersalah adalah, beliau percaya penuh padaku atas semua hal yang menjadi pilihanku dan segala konsekuensinya. Semoga Allah memberi umur yang barokah untuk ayah dan ibu.

Yang lain-lain semua rata untuk teman-temanku, yang menemani dalam suka duka selama ini, apalagi di saat aku jatuh karena SBMPTN. Aku nggak akan bisa sekuat itu jika tidak ada mereka semua. Jazakumullah khairan katsiran ya teman-teman semua.

Terima kasih ya sitiii๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜
Terima kasih ditaa๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜


Terima kasih mbak lipuu๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜
Terima kasih syifaaaa๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜


Maaci keniii๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜

Selasa, 08 Agustus 2017

Biar jadi Pahala

Jadi tadi rasanya pengen banget makan bakso di sebelah setelah selesai acara. Tapi karena nggak ada yang mau diajak buat makan bareng, akhirnya aku memutuskan buat jalan ke masjid sambil nunggu maghrib karena entah kenapa orang rumah nggak ada yang bisa dihubungi.

Lalu muncul lah orang yang nggak akan pernah nolak ketika diajak makan bakso. Yak! Yuslina! Alhamdulillah.

Mungkin karena kita sudah sering banget bareng atau karena aku dan dia ada telepati dan bisa bicara dari ke hati, tiba-tiba Yuslina bilang, "Ayo bakso sukaanmu!" Alhamdulillah! Rasanya seneng banget punya seseorang yang bahkan kamu belum ngomong apa-apa sudah tau.

Jadi jalanlah aku dan Yuslina menuju bakso kesukaanku. Kenapa kesukaanku? Karena Yuslina dulu bilang nggak suka sama gorengnya. Eh tapi sekarang suka ahahaha. Lagian setelah ini, bakso ini akan menjadi tempat nongkrong kami setelah pengganti bakso dekat SMP 6 dulu. Alhamdulillah.

Lalu aku dan Yuslina balik buat sholat, eh muncul lah Bus Flash. Dan karena kami belum pernah naik, akhirnya kami putuskan buat naik. Kemudian petualangan dimulai...

Waktu sampe rumah, ternyata Ibu juga udah beliin bakso yang kusuka padahal aku nggak minta.

Trus aku jadi mikir

Alhamdulillah, betapa Allah selalu punya cara terbaik untuk memberi yang terbaik untuk hamba-Nya. Bahkan di waktu dan tempat yang sama sekali tidak pernah kita bayangkan dan bisa berlipat-lipat.

Ingin rasanya menangis.

Mungkin ini juga sebagai sentilan untukku. Yang selama beberapa hari ini mempertanyakan. Ngapain kamu bisa disini? Padahal temenmu yang lain bisa disana?

Aku nggak pernah bermaksud untuk nggak bersyukur, tapi rasanya seperti harusnya aku bisa lebih dari ini.

Tapi aku dan kamu pun tidak ada yang tau, apa rencana Allah dibalik semua ini. Yang pasti kita sama sama tau adalah, ini yang terbaik. Kayak kata Ummi yang bikin aku muikir dan sangat sangat memukul hatiku adalah 

"Allah itu yang menciptakan kita, maka Allah pula yang akan bertanggung jawab atas setiap hamba-hambaNya dan juga segala makhluk ciptaanNya. Jadi, buat apa kamu meragukan kuasaNya? Jadi, buat apa kamu merasa takut atas setiap permasalahan di dunia padahal Allah telah menjamin hak setiap ciptaanNya?"

Bismillah, untuk langkah yang telah kuambil dengan bantuan-Nya, semoga selalu kuat dalam memijak. Maka sangat butuh keikhlasan dalam menjalankan agar semua menjadi pahala. Aamiin

Mohon doanya kawan!

Jumat, 14 Juli 2017

Spirit Spirit๐Ÿ˜†๐Ÿ‘Š

Ide-ide itu seperti hujan yang nggak tau dari mana asalnya tiba-tiba muncul.

Lihat, 

rencana Allah begitu indah.

Bismillahirrahmanirrahim...

Senin, 10 Juli 2017

Punya Prinsip, Nggak?

Bismillah...

Alhamdulillah, aku dikelilingi oleh orang-orang baik dengan pikiran yang sangat keren. Mungkin ini alasan kenapa aku bangun kesiangan, biar siangnya bisa ketemu orang-orang keren dan malemnya bisa tetep melek untuk ngobrol sama orang-orang keren. Hehehe.

Aku selalu kagum sama orang-orang berprinsip. Dan untuk prinsipnya, mereka rela meninggalkan kesenangan yang mungkin nggak akan didapat dari prinsipnya. Orang-orang kayak gitu selalu punya cara untuk bertahan dan survive.

Sayangnya, banyak juga orang di luar sana yang menilai sebuah prinsip hanya sebatas materi aja. Aku belum pernah tau sih gimana rasanya. Mungkin awalnya mereka punya idealis yang tinggi trus dihadapkan dengan realita yang jauh beda akhirnya lepas sama idealisnya atau juga bisa idealisnya kurang kuat, keduanya pasti berdampak buat orang lain.

Kadang aku bingung, gimana seorang pemimpin yang pastinya punya prinsip melakukan kecurangan pada rakyatnya? Maksudku, untuk menjadi seorang pemimpin nggak bisa dong cuma modal pengen aja. Pasti punya tujuan, terlepas dari apapun tujuan itu, masa iya nggak ada tujuan untuk menyejahterakan rakyatnya?

Bagiku, memegang prinsip adalah keharusan -- selama prinsip itu baik dan tidak bertentangan dengan agama. Masalah apa yang akan menimpa ketika prinsip kita berbeda dengan realita adalah sebuah tantangan yang harus dihadapi -- mau seberat apapun tantangan itu. Karena menurutku, memegang prinsip merupakan bagian dari ketaqwaan.

Mungkin saking beratnya tantangan mempertahankan prinsip bakal bikin kita jatuh, dijauhi, disakiti, atau bahkan dibenci. Tapi jangan pernah berhenti. Karena Allah nggak akan membiarkan kita sendiri. Kalo kita nggak bisa menikmati hasil memperjuangkan prinsip kita di dunia, masih ada akhirat yang jauh lebih kekal.

Mungkin kita bakal berjuang sendiri untuk menegakkan prinsip dan bertahan menjadi baik sendiri. Tapi jangan pernah behenti mendoakan. Kita nggak akan pernah tau kapan pintu hati seseorang terbuka untuk menerima hidayah, barangkali dengan doa kita bisa membantunya.

Yang penting jangan menyerah, jangan pernah.

Nggak ada suatu yang baik diperoleh dari jalan yang nggak baik. Untuk segala proses baik yang sudah dilewati, jangan pernah berpikir itu sia-sia hanya karena masalah yang datang.

Naaah inget Allah Maha Mengetahui. Untuk apapun yang telah terjadi, pasti ada hikmah yang tersembunyi di baliknya. Setiap berkah adalah ujian dan setiap ujian adalah berkah. Jadi untuk teman-teman dengan prinsip hebatnya di luar sana, pertahankan. Nggak perlu takut untuk menolak, nggak perlu takut untuk menentang. Kan ada Allah:)


Rabu, 05 Juli 2017

Waduh, Gawat!

Bismillah

Jadi postingan ini adalah postingan beropiniku yang pertama! *JENG JENG JENG*

Postingan kali ini adalah tentang meninggalkan atau tidak menghadiri suatu acara -- yang seringnya aku alami dalam konteks rapat atau agenda penting -- dengan alasan tidak diizinkan orang tua. Pasti udah banyak yang sering denger kan ya izin begitu.

Dulu, saat masih makan aja jarang, tidur secukupnya, sampe jam di luar rumah lebih banyak dari pada di rumah. Aku menganggap orang-orang yang selalu nggak datang dengan alasan tidak diizinkan orang tua adalah alasan yang paling bohong sedunia. Yaudah, alasan asal ceplos gitu. Eh tapi jangan salah, aku jarang dan hampir nggak pernah mejadikan alasan itu sebagai alasan aku nggak dateng, paling paling alasanku nggak ada yang nganter AHAHAHA.

Yah begitulah. Aku menganggap alasan nggak diizinkan orang tua adalah alasan terampuh untuk bisa dipahami tapi juga paling nggak bisa dikompromi. Maksudku adalah, tolong saat kamu nggak diizinkan, gimana caramu untuk bisa diizinkan. Lobi, nangis, atau apapun itu caranya. Karena bagiku saat itu adalah ketika kamu sudah komitmen dengan amanah yang kamu pegang, orang tua adalah kunci pertama yang harus kamu punya -- izin dari mereka. Jadi, ketika acara itu berlangsung, orang tua bisa langsung ngasih akses buat kita maksimal di amanah kita.

So guys, maafkan aku ya dulu selalu curiga dan menganggap kalian tidak serius ketika kalian izin dengan alasan tidak diizinkan oleh orang tua.

Karena sekarang aku baru memahami, betapa penting izin dari orang tua. Betapa penting ridho mereka.

Masih ingat kisah tentang orang arab yang nggak enak badan trus nggak masuk kerja karena nggak diizinkan Ibunya? Padahal bosnya lagi butuh dia banget. Awalnya si bos marah-marah trus ngancem bakal mecat. Tapi waktu orang arab tadi bilang "saya rela saya dipecat asal tidak menolak permintaan ibu saya" Masya Allah!

Apa kabar kita yang selalu ngebantah orang tua?:(

Naah, opiniku kali ini berujung dengan "Maaf aku nggak diizinin ortu nih" bukan alasan untuk mengindar, apalagi lari dari amanah yang kita pegang, melainkan alasan itu adalah bentuk dari apresiasi dan sayang kita terhadap orang tua kita. Apalagi, ridho Allah terletak pada ridho ortu kan. Jadi buat teman-teman semua, khususnya aku sendiri, tolong gunakan alasan ini dengan sebijak mungkin. Okeey?

Senin, 03 Juli 2017

Prasangka

Aku teringat ketika masa-masa lagi aktif nari -- oh ya gengs, dulu aku siswa sanggar tari di Surabaya wkwkwk. Semua lomba diikuti. Alhamdulillah, kelompokku selalu pulang bawa piala. Pernah suatu ketika aku berpikir kenapa ya bisa menang terus? Hingga suatu ketika, Allah menunjukkan sebuah jawaban. Kekalahan pertamaku. Itu benar-benar menjadi hal pertama untukku. Sebuah kejadian aneh kataku saat itu. Dimana muncul perasaan yang sangat tidak enak, marah, kesal, sedih, semuanya bercampur jadi satu. Tapi ya piye lagi yegak?

Beruntung ada sosok 'mbak' di kelompokku. Dia langsung meluk aku. Maklum lahya, masih merah-putih. Dia bilang "Tenang aja, kalah bukan akhir dari segalanya. Bagus kan kita ga nerus ke babak selanjutnya biar bisa fokus ke psp jatim". Aku yang masih imut cuma bisa manggut-manggut.

Tapi sekarang, aku ini kenapa toh ya?

Nggak kurang-kurang dikasih motivasi, dari temen guyonan sampe bahkan Murobbi. Semua nyemangati. Tapi kok ya masih sedih sedih aja?

Aku kira aku kuat. Tapi bahkan disenggol dikit aja patah lagi, ckck.





postingan ini saya buat untuk menampar saya
tolong doakan saya, barangkali doa teman-teman membantu menguatkan saya
jazakallah khairan katsiran^^

Minggu, 02 Juli 2017

Aku baru sadar.

                                                                                                                   Ternyata aku lagi kangen.

my love, Hydrolix


Rabu, 28 Juni 2017

Bismillah!^^

Taqobballahu minna wa minkum!

Kemarin saudaraku main ke rumah. Emang setiap tahunnya rumahku selalu rame karena uti adalah kakak tertua, jadi semua adik beserta keluarga besarnya selalu main tiap lebaran.

Dari awal salam di depan pager, semua langsung nanyain "Hila mana?". Aku yang masih sibuk mencari kerudung instan jadi semakin gopoh karena nggak bisa menemukan dimana-dimana. Dan akhirnya ngambil kerudung tanpa merhatiin warna dan semakin bingung karena nggak ada satu pun peniti di kamar adek. Akhirnya aku menemukan sebuah jarum besar yang biasanya dipake buat hijab-ala-ala. Dan langsung turun ke bawah karena semakin rame om dan tanteku nyari aku.

Dan benar apa yang ada di pikiranku. Mereka semua menanyakan hasil SBMku. Aku menjelaskan panjang lebar tentang SBM dan mandiri, juga tentang masalah pengumuman ujian mandiri yang awalnya keterima jadi enggak. Aku juga cerita tentang semua kenapa pilihanku hanya berkutat di kedokteran aja dan sempat mendapat beberapa pertanyaan yang membuatku berpikir dalam hati "oh iyaya" kemudian aku menepisnya dan berusaha untuk tidak mengandai-andai karena tidak mau merasa tidak besyukur.

Aku berusaha untuk terlihat cool dan berusaha untuk menyamakan apa yang aku ucapkan dengan apa yang ada di dalam hatiku. Aku sedih? Jangan tanya. Tapi aku berusaha untuk sedih sewajar mungkin, karena aku yakin Allah punya sesuatu yang lebih indah dan lebih baik untukku. Walau memang aku belum bisa melihatnya, aku yakin akan ada hikmah yang bisa aku dapat dari semua ini. Kalo kata mas Askar sih "mengumpulkan kegagaln untuk memanen keberhasilan" jadi insya Allah aku sudah ikhlas dengan apa yang terjadi padaku. Dan sudah banyak yang menjadi saksi bahwa kegagalan di SBMPTN bukanlah segalanya (efek membaca cerita gagal lalu sukses di medsos wkwkwk). Jadi insya Allah apapun nanti hasilnya, apapun nanti yang terjadi, pasti yang terbaik dari Allah.

Tapi juga bukan berarti membenarkan segala kegagalan trus juga nggak usaha cuma minta yang terbaik aja sih. Sepertinya juga harus ada evaluasi diikhtiarnya untuk tahu mengapa dan bagaimana.

Tapi jujur saja, sebenarnya yang membuatku sedih bukan karena belum diterima di mana-mana. Tapi aku sedih melihat kedua orang tuaku sedih.

Keinginanku hanya satu, tahun ini aku nggak boleh nganggur. Bismillah!
Mohon doanya ya kawan!^^

Senin, 20 Maret 2017

aku takjub pada orang yang suka dipuji atas apa yang tak dilakukannya
aku takjub pada orang yang suka dikagumi atas hal yang bukan miliknya
aku takjub pada orang yang merasa benar dengan menyalahkan kawan
aku takjub pada orang yang merasa mulia dengan menghinakan sesama
dan semua itu akan kuringkas menjadi: aku takjub pada diriku sendiri




๐Ÿ““: dalam dekapan ukhuwah karya Salim A. Fillah

Besok Ulangan Sejarah

Hai!
Enaknya aku panggil kamu apa, ya?
Jono? Joni? Joko? Atau Joki?

Bukan apa-apa, bukan karena aku sudah oke. Hanya saja aku takut kamu akan benar-benar merusak. Aku tidak tahu kamu muncul dari mana. Entah dari mereka yang ingin meraih keuntungan darimu atau dari mereka yang sengaja ingin berkenalan denganmu untuk bisa berhasil.

Aku tidak mau generasi kita dibilang seperti "tukang" yang tinggal terima jadi. Yang nggak mau mengolah sesuatu, maunya langsung jadi.

Aku sedih
Dan sedihnya lagi aku cuma bisa nulis disini

Rabu, 01 Maret 2017

Hayo, Sudah Rapikah Kamu?

Di sore yang sangat cerah, pada suatu kesempatan yang insya Allah diberkahi Allah

"Aduh, Hil. Mukenahku kebalik, bentar ya," ucapnya sambil buru-buru membenarkan mukenahnya.

"Halah gapapa wah, kan gaada yang lihat," ucapku santai--terlalu santai.

"Bukan gitu, Hil."

"Terus?"

"Kita kan kalo keluar rumah bajunya rapi, wangi, bagus. Padahal cuma mau ketemu temen. Masa mau ketemu Allah gini?"

"..."

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang saat menghadap-Nya suatu saat nanti, dalam keadaan dan kondisi yang terbaik, aamiin.