Senin, 05 Februari 2018

Ayo Lari

Matahari masih malu-malu menampakkan diri ketika aku mulai bersiap untuk diriku. Sayangnya aku sudah harus berlomba dan berusaha menang melawan daya tarik kasurku yang selama dua bulan belakangan ini selalu menemaniku. Aku geleng-geleng pelan untuk sebuah keajaiban yang kutemukan ada pada diriku: sebuah semangat setelah semua drama yang kubuat sendiri.

Beberapa minggu yang lalu, aku dan kegalauanku tentang perpisahan perlahan mulai mengalah dengan kondisi yang ada--lebih tepatnya aku mulai menerimanya sebagai batu yang harus kuloncati--aamiin, yang terbaiklah pokoknya. Aku mulai biasa saja dengan rutinitasku, mungkin sedikit kaget karena jadwal seharian penuh yang mirip dengan jadwal anak SMA. Tapi yasudahlahya, mari menjalani dengan bismillah.

Semangat semester 2!!💪💪

Minggu, 04 Februari 2018

dari saya untuk yang lagi viral: Semangat Bang Zaadid!

Bismillah...

Jujur saja sejak SD sebenarnya saya menganggap menjadi ketua adalah hal yang bisa dilakukan siapa saja dan saya melakukannya karena saya suka dan merasa mampu, jadi ketika ditanya "Siapa yang mau jadi ketua?" yaah, teman-teman pasti tau apa yang terjadi berikutnya.

Pikiran itu belum berubah bahkan ketika saya awal SMA, saat itu penentuan ketua kelompok untuk acara MOS. Lagi-lagi, saya menawarkan diri untuk jadi ketua kelompok. Bedanya, ternyata ada juga yang angkat tangan wkwkwk--karena biasanya saya selalu jadi kandidiat tunggal. Akhirnya majulah saya dan teman saya untuk mempresentasikan visi misi, saya lupa ngomong apa aja yang ujungnya teman-teman kelompok A mempercayakan amanah itu pada saya.

Singkat cerita, saya ikut banyak kepanitiaan dan pemikiran saya tentang ketua jadi sangat berbeda, benar-benar beda. Saya nggak lagi angkat tangan untuk menawarkan diri, saya juga jadi berpikir dua sampai bekali-kali untuk menerima sebuah amanah.

Poin saya di sini adalah, amanah itu berat. Jadi jangan percaya sama dilan yang bilang rindu itu berat (lah), karena amanah jauh lebih berat. Di akhirat nanti, kita akan mempertanggungjawabkan semuanya, apalagi kalo kita jadi ketuanya.

Dengan timeline yang hampir nggak pernah kosong, sampai rumah masih ada diskusi online, pikiran yang harus bisa fokus imbang antara pelajaran dan organisasi, belum lagi kalo ada anggota yang mulai males atau semangatnya menurun, dan masih banyak lagi.

Dari situ saya belajar, bahwa amanah itu nggak sebatas kepercayaan temen temen saya sebagai manusia, tapi juga kepercayaan Allah pada saya. Karena saya ngerasa, dengan amanah itu Allah menjaga saya dari kegiatan-kegiatan yang bisa melalaikan, Allah menjaga saya dari hal-hal yang tidak ada manfaatnya, dan yang terpenting saya jadi lebih dekat dengan Allah.

Dan, untuk apa yang sedang hits dan viral sekarang--tau kan yaa?--saya menganggap bahwa apa yang dilakukan bang Zaadid itu super keren (namun tetap dipeelukan evaluasi). Kenapa? Saya menilai bahwa dalam sebuah perjuangan memang perlu langkah-langkah gila. Memang dalam prosesnya akan banyak komentar negatif, bahkan pertanyaan tentang kredibilitas bang Zaadid sebagai kabem, bahkan parahnya akan ada sanksi sosial, tapi mari sama-sama kita tunggu dan lihat apa yang ada dibalik usaha itu daripada memutuskan duluan itu salah dan tindakan yang bodoh. Insya Allah, jika keputusan yang diambil bang Zaadid dan teman-teman tergerak dengan ridho Allah akan muncul hadiah besar atas keberaniannya. Tugas kita sekarang, mari bantu doa, lebih-lebih melakukan aksi nyata.

Wallahu a'lam bishawab...