Sabtu, 24 November 2018

Cukup

Entah kenapa menjadi familiar dengan yang namanya kecewa karena berharap lebih pada manusia membuatku ingin berhenti untuk berharap pada sesuatu selain-Nya. Memang harusnya seperti itu kan ya? Tapi kenapa rasanya susah buat nggak berharap...

Apa karena aku merasa apa yang kulakukan untuknya itu hal yang besar, jadinya aku berharap dia akan melakukan hal yang sama untukku?

Rasanya perasaan ini sudah terjadi untuk kesekian kalinya dan aku jadi mikir "apa ini kode ya dari Allah, biar aku nggak berharap lebih sama manusia? Apa Allah cemburu ya karna aku berharap pada selain-Nya?" 

Tapi kalo dilihat-lihat, memang belakangan ini aku jadi memprioritaskannya melebihi kegiatanku yang lain, bahkan aku berpikir bahwa harus ada waktu yang kusediakan untuknya disela-sela kegiatanku. Tapi lagi-lagi, yang muncul malah rasa kecewa karena toh dia ternyata tidak pernah menjadikan aku prioritasnya wkwkwkwk...

Drama deh wkwkwk...

Baiklah Hila, harusnya kamu sudah cukup paham dan mengerti bahwa sesuatu yang berlebihan tidak pernah baik. Cukup berhenti sampai disini saja...

Mari mengingat-ingat bahwa semakin berharap maka semakin sedikit yang didapat. Harus ada ruang, harus ada ruang untuk memaafkan dan kekecewaan. Karena diri sendirilah yang membuat rasa itu ada dan hadir, diri sendirilah yang memberi kesempatan rasa kecewa hadir dengan membuat harapan lebih. Jadi, cukup. Cukup sampai di sini saja.......

Jumat, 23 November 2018

Pintu Baruku

Bismillah....

Halo teman-teman pembaca setia blog hila, entah mulai dari awal atau hanya membaca sekilas. 

Banyak yang sudah aku lalui selama beberapa bulan aku nggak pernah nulis di blog, mulai dari jadi ketua pelaksana di studi yang sebelumnya sampai sekarang sudah jadi mahasiswa baru lagi dan akan memasuki minggu-minggu ujian akhir semester 1 di perkuliahan yang baru.

Rasa-rasanya baru kemarin aku berjuang penuh drama untuk bisa jadi mahasiswa kedokteran dan sekarang aku jadi mahasiswa kesehatan masyarakat. Untuk kedua kalinya aku berada di tempat yang tidak pernah terbayangkan akan jadi kendaraanku untuk mencapai suksesku, sukses dunia akhirat maksudnya.... Tapi seperti caption postingan instagramku "Sometimes life closes doors because it's time to move forward. And even if you fall short, keep going, keep growing--because the struggle is not found on the path, it is the path. In the end I realize that we might not end up exactly where we intended to go, but we will eventually arrive precisely where we need to be. Heuheuu💪"
Jadiii, aku berusaha memahami dan mencoba mengartikan setiap sesuatu yang terjadi padaku, pasti ada suatu alasan kenapa harus begitu dan harus begini.

Daaaan, aku ingin sekali-kali mengapresiasi diriku yang sudah berjuang sejauh ini, untuk berada di titik saat ini. Terima kasih hila, kamu sudah mengusahakan yang terbaik. Mungkin belum jalannya (atau bukan jalannya?), yang pasti harus kamu tau adalah Allah selalu ada dan Akan selalu bersamamu, hanya kamu yang harus menemukan jalannya dan mengetuk pintu langit agar doamu tak hanya menjadi 'aamiin'mu sendiri.

Aku berharap, di jalan yang saat ini kutempuh, untuk setiap jatuh dan bangunku, selalu ada tangan yang datang sebagai perantara pertolongan dari-Nya, karena dengan begitu, aku yakin bahwa disetiap kesulitan ada kemudahan.

Bismillahirrahmanirrahim, untuk amanah baru yang harus kujalani selama 4 tahun (insya Allah), semoga selalu mendapat ridha dan rahmat-Nya, aamiin....

Jumat, 02 Maret 2018

Aku berharap, ketika rasa itu hadir aku benar benar hanya akan menceritakan semua padaNya...

Senin, 05 Februari 2018

Ayo Lari

Matahari masih malu-malu menampakkan diri ketika aku mulai bersiap untuk diriku. Sayangnya aku sudah harus berlomba dan berusaha menang melawan daya tarik kasurku yang selama dua bulan belakangan ini selalu menemaniku. Aku geleng-geleng pelan untuk sebuah keajaiban yang kutemukan ada pada diriku: sebuah semangat setelah semua drama yang kubuat sendiri.

Beberapa minggu yang lalu, aku dan kegalauanku tentang perpisahan perlahan mulai mengalah dengan kondisi yang ada--lebih tepatnya aku mulai menerimanya sebagai batu yang harus kuloncati--aamiin, yang terbaiklah pokoknya. Aku mulai biasa saja dengan rutinitasku, mungkin sedikit kaget karena jadwal seharian penuh yang mirip dengan jadwal anak SMA. Tapi yasudahlahya, mari menjalani dengan bismillah.

Semangat semester 2!!💪💪

Minggu, 04 Februari 2018

dari saya untuk yang lagi viral: Semangat Bang Zaadid!

Bismillah...

Jujur saja sejak SD sebenarnya saya menganggap menjadi ketua adalah hal yang bisa dilakukan siapa saja dan saya melakukannya karena saya suka dan merasa mampu, jadi ketika ditanya "Siapa yang mau jadi ketua?" yaah, teman-teman pasti tau apa yang terjadi berikutnya.

Pikiran itu belum berubah bahkan ketika saya awal SMA, saat itu penentuan ketua kelompok untuk acara MOS. Lagi-lagi, saya menawarkan diri untuk jadi ketua kelompok. Bedanya, ternyata ada juga yang angkat tangan wkwkwk--karena biasanya saya selalu jadi kandidiat tunggal. Akhirnya majulah saya dan teman saya untuk mempresentasikan visi misi, saya lupa ngomong apa aja yang ujungnya teman-teman kelompok A mempercayakan amanah itu pada saya.

Singkat cerita, saya ikut banyak kepanitiaan dan pemikiran saya tentang ketua jadi sangat berbeda, benar-benar beda. Saya nggak lagi angkat tangan untuk menawarkan diri, saya juga jadi berpikir dua sampai bekali-kali untuk menerima sebuah amanah.

Poin saya di sini adalah, amanah itu berat. Jadi jangan percaya sama dilan yang bilang rindu itu berat (lah), karena amanah jauh lebih berat. Di akhirat nanti, kita akan mempertanggungjawabkan semuanya, apalagi kalo kita jadi ketuanya.

Dengan timeline yang hampir nggak pernah kosong, sampai rumah masih ada diskusi online, pikiran yang harus bisa fokus imbang antara pelajaran dan organisasi, belum lagi kalo ada anggota yang mulai males atau semangatnya menurun, dan masih banyak lagi.

Dari situ saya belajar, bahwa amanah itu nggak sebatas kepercayaan temen temen saya sebagai manusia, tapi juga kepercayaan Allah pada saya. Karena saya ngerasa, dengan amanah itu Allah menjaga saya dari kegiatan-kegiatan yang bisa melalaikan, Allah menjaga saya dari hal-hal yang tidak ada manfaatnya, dan yang terpenting saya jadi lebih dekat dengan Allah.

Dan, untuk apa yang sedang hits dan viral sekarang--tau kan yaa?--saya menganggap bahwa apa yang dilakukan bang Zaadid itu super keren (namun tetap dipeelukan evaluasi). Kenapa? Saya menilai bahwa dalam sebuah perjuangan memang perlu langkah-langkah gila. Memang dalam prosesnya akan banyak komentar negatif, bahkan pertanyaan tentang kredibilitas bang Zaadid sebagai kabem, bahkan parahnya akan ada sanksi sosial, tapi mari sama-sama kita tunggu dan lihat apa yang ada dibalik usaha itu daripada memutuskan duluan itu salah dan tindakan yang bodoh. Insya Allah, jika keputusan yang diambil bang Zaadid dan teman-teman tergerak dengan ridho Allah akan muncul hadiah besar atas keberaniannya. Tugas kita sekarang, mari bantu doa, lebih-lebih melakukan aksi nyata.

Wallahu a'lam bishawab...

Sabtu, 06 Januari 2018

"Membangun kerajaan kebaikan itu batasnya bukan duniawi, melainkan surga"

Semoga kita semua selalu diberi keikhlasan dalam memberi dan melepas. Karena Allah itu dekat, tinggal bagaimana cara kita untuk mendekati-Nya.

Rabu, 03 Januari 2018

terima kasih hila, kamu sudah menjadi hila

Haloo 2018!👋

Sebenarnya aku nggak pernah terlalu peduli sih sama pergantian tahun. Kayak......yaudah-@$+*'"?=!

Tapi, meninggalkan tahun 2017 dengan senyuman adalah targetku #wenak

Di tahun 2017, untuk pertama kalinya aku benar-benar lepas dari apa yang aku pilih. Berada di tempat yang sama sekali nggak pernah terlintas di pikiranku -- bahkan tau ada aja enggak. But over all, alhamdulillah 'ala kulli hal.

Iya teman-teman, kita harus banyak banyak mengucap alhamdulillah, banyak banyak bersyukur.

Alhamdulillah, diberi Allah sosok sosok yang mampu menguatkan dan membersamai segala suka dan duka adalah hadiah terindah -- lebih indah lagi ketika bersama-sama menuju surga, masya Allah! Hal yang telat banget aku sadari adalah ketika ternyata aku tau bahwa kebelum-berhasilanku ini membuatku semakin dekat sama keluarga, sama ayah ibu adek uti dan semua.

Dan ketika aku menemukan bahwa definisi kuat adalah bukan ketika kamu sedih dan kamu nggak nangis sama sekali. Melainkan ketika kamu bisa ikhlas menerima semuanya, lapang dada, dan percaya bahwa apapun jalan yang dikasih Allah adalah yang terbaik dan nggak ragu sedikitpun, itulah kuat. Di titik kuat itu, nggak akan ada alasan buat kita nggak tersenyum, kita nggak bahagia, kita nggak seneng, apalagi kita nggak bersyukur. Karena apa? Karena kita nggak cuman percaya sama Allah, tapi kita mempercayakan semuanya ke Allah. Pada zat yang nggak akan pernah ingkar atas janji-janjiNya.

Untuk tahun 2017, terima kasih telah banyak menunjukkan pintu pintu yang tidak pernah kusentuh dan kuketuk. Di tahun tahun yang akan datang, insya Allah, akan kusapa setiap pintu yang terbuka dengan senyuman dan keikhlasan. Bismillah.