Kamis, 31 Desember 2015

Ada Apa sih?

Pertama-tama, aku mau minta maaf. Maaf karena akhir-akhir ini postinganku sangat, entahlah, ya begitulah. Akhir-akhir ini aku sedang dilanda sesuatu, sebut saja sok ide. Banyak sekali hal-hal baru yang muncul dan menumpuk, semoga menyalurkannya ke dalam blog adalah pilihan yang baik.

Kedua, aku sedang pusing. Aku sedang mencari. Mencari sesuatu untuk dijadikan dasar, landasan untuk berpikir. Tapi lagi-lagi aku selalu membuat susah sendiri. Hahaha, landasan apalagi yang paling baik selain Al-Qur’an, yakan?

Ketiga, aku sedang berusaha mengenali diriku sendiri. Sedang melakukan pendekatan terhadap diriku sendiri. Kalian tahu yang di film-film itu, saat seseorang berpikir lalu ada sosok angel dan devil yang sama-sama mengutarakan pendapatnya dan mempengaruhi? NAH! Aku sedang mengalaminya. Seperti ada yang berbicara padaku saat aku akan melakukan sesuatu.

Keempat, aku galau, aku takut. Kabar baiknya adalah, aku sudah mendapat pencerahan tentang kegalauanku. Alhamdulillah.

Kelima, aku tahu aku tidak boleh seperti ini terus. Terlalu banyak berpikir. Ah, ini masalah lama. Ayo hil, mana aksinya? Baiklah, tunggu saja.


Bismillahirrahmanirrahim.

Berusahalah dan Temukan Sendiri Jawabannya

Badai pasti berlalu. Sederas apapun hujan turun, akan ada kalanya ia mengalah dan membiarkan matahari menampakkan diri lagi. Kemudian matahari membiaskan sinarnya dan muncullah pelangi.

Seperti itu juga tahapan kehidupan manusia.

Seseorang mengajarkanku untuk tidak menganggap ujian sebagai masalah, namun tantangan yang harus dihadapi, batu loncatan, sebuah ujian untuk naik level. Level apa? Tentu saja level kehidupan.

Hingga aku sampai pada suatu kesimpulan. Masalah hidup ini, sejatinya didatangkan untuk memberi sebuah pemahaman baru, sebuah pelajaran berharga yang tentunya hanya bisa didapat saat kita berhasil melewatinya.

Rabu, 30 Desember 2015

2016?

Satu hari lagi. Satu hari lagi dan 2015 akan berakhir. Ah, rasanya banyak sekali kejadian-kejadian yang membuatku seperti sekarang ini.

Terima kasih untuk Hydrolix (nama kelasku). Terima kasih untuk teman-temanku semuanya. Sekarang aku benar-benar percaya bahwa lingkungan juga mempengaruhi seseorang. Terima kasih untuk satu setengah tahun bersama, semoga tetap solid dalam hal apapun. Aku bersyukur di tempatkan bersama kalian, orang-orang sangar! Aku tidak tahu harus menggambarkan kalian semua seperti apa, semoga tetap semangat untuk membangun dan berkontribusi lebih untuk Smala!

Terima kasih untuk mbak-mas! Ah, ini bagian paling baper. Terima kasih karena tidak pernah lelah untuk membimbing kami semua. Maaf jika pernah mengecewakan, tapi sungguh tidak pernah ada maksud seperti itu. Terima kasih sudah membuatku seperti ini, terima kasih sudah menunjukkanku jalan yang sudah membawaku ada pada titik ini. Aku tahu ini tidaklah mudah, tapi tidak pernah sekalipun mbak mas menyerah pada kami. Terima kasih mbak mas. Mbak mas benar-benar menunjukkan sosok ibu yang mengayomi anaknya. Doakan kami semoga tetap istiqoomah dalam kebaikan dan selalu bisa menjadi manusia layaknya padi. Doakan kami semoga bisa meneruskan perjuanganmu membangun smala. Awalnya aku tidak begitu paham dengan kata-kata “titip smala ya, dek” sekarang aku tahu, itu semua tidak hanya sebuah pesan, tapi juga amanah yang kau berikan pada kami. Semangat mbak mas dalam menjalani semester terakhir di Smala! Semoga diberikan yang terbaik oleh-Nya. Aamiin.

Terima kasih untuk PAS-Q V! Terima kasih untuk mbak mas XXII. Terima kasih untuk waktu dan tenaga yang mbak mas luangkan untuk XXIII dengan ikhlas. Maaf sering mengecewakan mbak mas. Walau begitu mbak mas selalu percaya pada XXIII, terima kasih mbak mas. Terima kasih untuk XXIII, kalian benar-benar menunjukkanku apa itu kekeluargaan. We’re no longer friends, we’re family. Terima kasih untuk kepercayaannya, tetap dampingi aku ya! Bismillah.
Terima kasih untuk kamu yang sempat hadir mengisi hariku lalu pergi. Terima kasih telah membuatku belajar banyak hal. Tentang mengikhlaskan, melepaskan, dan perjuangan. Aku sempat menyesali pertemuan kita, satu tahun yang terbuang menurutku. Tidak ada kebaikan dalam melanggar sebuah aturan. Astaghfirullah, maafkan hambamu ini ya Allah. Semoga perpisahan ini sama-sama memberi kebaikan untukku dan untukmu. Aamiin.

Terima kasih untuk semua panitia NOUVEAU 2015! Suatu kehormatan bisa menjadi salah satu dari kalian. Terima kasih NOUVEAU 2015 sudah menjadi penutup tahun yang sangat luar biasa. Mungkin ini kesempatan terakhirku untuk menjadi panitia, semoga tahun depan lebih dan lebih baik lagi!

Sebenarnya sangat banyak hal-hal luar biasa di 2015 ini. Untuk pertama kalinya aku melakukan suatu hal dengan sepenuh hati dan ikhlas. Semoga ini semua menjadi awal, awal dari perubahan besar untuk kebaikanku. Aamiin.

Apa Aku (Sungguh) Benar-Benar Mencintai-Mu?


Sebagai manusia, sebagai makhluk yang lengkap dengan akal dan hawa nafsunya. Akalku sering bertanya-tanya sendiri. Mengapa saat mencintai-Mu aku tidak bisa menjadi baik, setidaknya bertindak sok-baik. Sebagaimana kala aku merasa tertarik dengan manusia yang berbeda jenis kelamin denganku itu. Kala aku tertarik, segala upaya untuk menjadi ‘terlihat baik’ aku lakukan. Bahkan aku pura-pura mendekati rumah-Mu agar terlihat baik. Pura-pura membaca surat-surat-Mu agar terlihat soleh.

Aku tiba-tiba menjadi baik, rajin mandi, rajin beribadah. Didekatnya pun aku tampak ingin menyempurnakan segala tingkah laku dan bicaraku. Menghalus-haluskan tutur kata, melemah lembutkan perbuatan. Memberikan perhatian atau mungkin lebih tepatnya mencari-cari perhatian.

Kala hatiku berkata aku mencintainya, aku berbuat sedemikian rupa kepadanya. Berusaha menjadi sebaik-baiknya manusia di depannya.

Hari ini, aku menanyakan keadaanku sendiri. Apa aku tidak benar-benar mencintai-Mu meski mulutku berkoar-koar menyuarakan nama-Mu. Berbicara atas nama-Mu di jalan-jalan. Mengagung-agungkan nama-Mu di dalam tulisan-tulisan. Lepas dari itu, aku tidak pernah berusaha tampil baik di hadapan-Mu. Shalatku seperti olahraga pagi, cepat sekali. Bacaanku seperti mengeja huruf paku, tidak jelas dan sedikit ngawur.

Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri. Ketika menghadapmu aku berpakaian seadanya, mandi dulu pun tidak. Berbeda ketika hendak bertemu dengannya. Berpakaian sedemikian rapi, wangi pula. Terlihat stylish sepanjang hari meski matahari terik atau hujan.

Hari ini aku bertanya-tanya. Apa aku (sungguh) benar-benar mencintai-Mu? Sementara aku tahu, Kau begitu mencintaiku. Iya kan?

Bandung, 9 April 2014 | ©kurniawangunadi

Fana dan Sementara

Aku menganggapnya hal yang paling misterius di dunia. Karena memang tidak ada yang tahu selain diri-Nya. Beberapa hari yang lalu, dua dari temanku kehilangan orang yang paling disayanginya.

Aku percaya rencana Tuhan pasti yang terbaik, dan dibalik itu semua pasti ada hikmah yang bisa dipetik. Hanya saja, aku bukanlah sosok teman yang bisa menghibur dengan sosweet, aku hanya menghibur dengan caraku sendiri dan cara terbaik yang aku tahu adalah dengan mendoakannya agar tetap tegar menghadapi semuanya.

Bagiku, hal tersulit dari ditinggalkan adalah mencoba terbiasa tanpa kehadirannya. Idul Fitri kemarin, aku tidak bisa mencium tangan yangkungku, tidak ada lagi yang bertanya apa aku sudah  makan atau belum.

Tapi dari situ kita bisa belajar, bahwa hidup ini tidak benar-benar selamanya. Bahwa kapanpun dan dimanapun kita bisa saja dipanggil-Nya. Kita memang tidak akan penah tahu kapan kita akan mati, tapi kita bisa memilih bagaimana kita mati. Kita diberi kekuasaan untuk memilih jalan kematian kita. Dengan menjaga diri atau dengan melakukan semau kita. Dengan baik atau dengan buruk.

Mari berdoa semoga saat Dia memanggil kita, Dia memanggil kita dalam keadaan terbaik. Aamiin.

Minggu, 27 Desember 2015

Self Reminder

Setiap orang memiliki masa lalu yang berbeda. Beberapa  tak indah sampai tak ingin diingat-ingat. Beberapa terkenang dan selalu ditunjukkan.

Terkadang apa yang menghambat untuk maju, adalah diri sendiri, atau lebih tepatnya masa lalu itu sendiri. Saat masa lalu itu tak indah, diri kan selalu mengutuk hari ini. Saat masa lalu pun indah, diri merasa puas dan tidak bergerak ke depan.

Tentunya, hari ini adalah hasil dari masa lalu. Dan bagaimanapun juga, cara terbijak untuk menghadapinya adalah dengan mensyukurinya. Bukan dengan mengutuki masa lalu yang sudah terjadi atau tetap bertahan dengan apa yang sudah didapat di masa lalu, karena masa lalu yang menjadikan kita manusia yang sepantasnya mensyukuri hari ini.

Dan sudah seharusnya hari ini, harus lebih baik dari kemarin. Karena pada hakikatnya, the only person you should try to be better than, is the person you were yesterday. Bukan orang lain, tapi diri ini sendiri.

Hari ini, tugas kita untuk lebih baik dari kemarin. Mengusahakannya sebaik mungkin agar esok kita tidak menyesali hari ini. Agar diri selalu dan terus menjadi lebih baik. Berubah, walau terkadang perubahan itu menyakitkan.

Selama itu baik, kenapa tidak?

Kamis, 24 Desember 2015

42443

Di mobil, aku sama ayah lagi rebutan frekuensi radio. Aku maunya prambors, tapi ayah mau yang lain....
Tapi ayah menang....

Awalnya emang gajelas, masih kirim-kirim salam
Terus tiba-tiba ada lagu yang ngena
Pasti tau kan lagunya hadad alwi sama sulis...
Aku paling suka lirik ini

'Hidup bagaikan sebatang pohon...
Lebat bunganya serta buahnya...
Walaupun hidup seribu tahun...
Kalau tak sembahyang apa gunanya...'

Jadi jelas banget, mau sepanjang apapun umur kita nanti, kalo nggak sholat itu semua jadi sia-sia

Semoga aku dan kamu termasuk bagian orang-orang yang menjaga sholatnya, aamiin

Rabu, 23 Desember 2015

Dia tahu dia tidak akan pernah sendiri
Hanya belum terbiasa dengan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi

Senin, 14 Desember 2015

Tak Pernah Dibiarkan Sendiri


“Lebih baik kau pulang saja, lalu simpan baik-baik mimpi itu di laci kesayanganmu. Aku sedang tak minat berdebat, berdebat saja kau dengan dirimu sendiri. Sampai kau kian tersadar bahwa waktu terus meninggalkanmu tanpa menggubris rengekanmu.” Begitu kata bayangan saya ketika saya meringkuk di pojokan kamar malam itu.
“Ok, fine. Jadi sudah bosan berdebat dengan saya?”
“Bukan bosan, tapi percuma saja. Percuma jika ujung-ujungnya kau tak kunjung melangkah. Percuma berbusa-busa membuatmu sadar tapi kau selalu lebih pandai membuat dirimu sendiri kembali gusar. Kau tidak terlalu butuh pengertian, kau butuh untuk terus mengenali kenyataan.”
“Katanya tak mau debat, ini apa namanya coba?”
“Aku mau pergi saja.”
“Yakin mau pergi?” ledek saya. Saya paham ia hanya menggertak. Bagaimana mungkin bayangan bisa meninggalkan tuannya?
“Iya, aku pergi.”
Sekejap. Ia benar-benar pergi. Menghilang.
Sepanjang malam saya terus dihantui kegelisahan. Saya benar-benar merasa sendirian. Pagi hari ketika saya terbangun, bayangan saya sudah duduk di sebelah ranjang.
“Cie kangen ye, baru pergi semalam sudah balik saja.”
Ia tidak menjawab, matanya terus menatap saya seolah-olah tengah menunggu saya menunjukkan rasa bersalah. Saya sangat merasa bersalah, tapi saya terlalu egois untuk menunjukkan. Gengsi.
“Sudah kewajibanku begini. Menemani kau sepanjang jalan, menemani kau melakukan apa pun yang kau lakukan sampai nanti akhirnya kau dikebumikan. Tapi sayang, kau tak pernah berpikir sejauh itu. Kau terlalu sering merasa seolah-olah kau benar-benar berjuang seorang diri. Tuhan mengirimku untukmu, menemani apa pun situasimu. Tapi sayang kau teramat jarang mengajakku berbincang. Kau selalu lebih suka mengutuki waktu ketika kau sedang tak ada kawan. Kau masih terlalu hobi menyengsarakan dirimu sendiri. Padahal Tuhan tak pernah benar-benar membiarkan siapapun sendirian. Termasuk kau.”

(via jalansaja)

Kamis, 03 Desember 2015

Antara Aku dan Rabb-ku

Saat musibah datang seolah tak pernah selesai, aku bertanya
"Rabb, mengapa hidup ini begitu susah untuk dijalani?"
Tapi tak ada jawaban...

Saat lelah memeluk tubuh rapuhku dan memaksaku berhenti, aku bertanya
"Rabb, tidak adakah jalan dimana aku berdiri tegak tanpa merasa lelah?"
Tapi tetap tak ada jawaban...

Saat di jalan kutemui banyaknya tangan yang menjulur meminta, benakku bertanya
"Rabb, mengapa dunia ini begitu kejam kepada mereka?"
Rabbku belum menjawab...

Saat kulihat kafe-kafe di jalan lebih ramai dibanding masjid, aku bertanya
"Rabb, mengapa hidup penuh kesenangan yang sering kali menyesatkan?"
Rabb-ku masih belum menjawab...

Setelah mendengar kisah Rasulullah dan sahabatnya, aku bertanya lagi
“Rabb, mengapa ada orang yang rela mengorbankan harta dan jiwanya, padahal surga telah menjadi jaminan mereka?”
Rabb-ku tetap tak menjawab...

Saat kubaca kalam-Nya, kutemukan
“Apakah kamu mengira kamu akan masuk ke surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu, dan belum nyata orang-orang yang shabar”
Kudapati Rabb-ku menjawab semua pertanyaanku...

Jumat, 27 November 2015

Yuk Lihat Atas

Seorang pekerja di proyek bangunan naik ke atas tembok yang sangat tinggi. Suatu saat dia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya.

Pekerja itu berteriak-teriak tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja. Sehingga usahanya sia-sia saja.
Untuk menarik perhatian temannya tersebut, ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu, lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tapi usahanya yang kedua pun menghasilkan hasil yang sama.

Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil, lalu melemparkannya ke arah orang itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, temannya menengadah ke atas. Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya.



Adakalanya Allah menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. Sering kali Allah melimpahi kita dengan rahmat, kasih sayang, cinta, tapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepada-Nya.
Karena itu, agar kita selalu mengingat-Nya, Allah sesekali menjatuhkan kerikil kepada kita.
Kemampuan setiap orang dalam menyikapi masalah berbeda satu sama lain. Tapi satu yang pasti, Allah itu Maha Penolong. Kita sering melupakan hal ini.
Saat badai menerpa hidup kita, saat kita merasa sakit, galau, kita tidak buru-buru datang kepada Allah. Kita tidak buru-buru minta bantuan kepada Allah. Kita ngerasa,
“Gue mampu, kok, ngehadepin semua ini...sendirian”



Makasih Indri sudah minjemin buku “Ya Allah, Aku Lelah”

Semoga bermanfaat!

Selasa, 24 November 2015

Ego

Semua orang memang ingin di dengar. Semua orang memang ingin diperhatikan. Semua orang memang ingin berada di tempat yang terlihat. Semua orang...

Tadi, aku duduk diam, memperhatikan. Ternyata, jika aku berada di posisi orang lain, pembicaraan ini sangat aneh. Satu dengan suara yang tidak santai berbicara, dua dengan mengingatkan untuk santai tapi dengan cara yang tidak santai, tiga dengan terlalu santai seolah tidak peduli dengan apa yang terjdi.


Orang-orang ini sedang apa?

Selasa, 17 November 2015

Kemana? (2)

Sebenernya ini postingan buat kemarin sih. Tapi karena internet trouble, yasudahlaah jadi dobel buat hari ini

Pernah kepikiran nggak sih, kenapa kok orang baik yang digambarin di sinetron-sinetron Indonesia itu yang sukanya nangis, pasrah, lemah trus buaik banget.
Ya sebenernya buat baiknya sih nggak masalah. Cuman untuk suka nangis, pasrah, dan lemah ini lho. Uti itu sukanya nonton sinetron-sinetron, karena aku harus nemenin tiap kali nonton, mau nggak mau aku jadi ikutan ngikutin sinetronnya. 
Gemes nggak sih lihat tokoh utama yang baik difitnah dan dia cuman nangis?-_- sebenernya aku nggak peduli sih, cuman uti itu kalo nonton film suka ikut komentar:') jadi yaa....begitulah. Kenapa ya?
Padahal kan kalo mau nunjukin baik hati nggaperlu sampe segitunya gitulho. Kesannya kan kayak orang baik selalu tertindas, ya walaupun sudah pasti nggak akan mati ataupun kalah karena tokoh utama, tapi kan tetep aja bikin gemes!!

Hmm, jadi orang baik itu susah ya. Bahkan sekedar taat peraturan pun susah. Kayak tadi pagi, sudah jelas-jelas lampunya merah masih aja jalan, akhirnya hampir nabrak motor Ibu. Padahal aturan ada itu kan untuk menertibkan. Coba deh kalo gaada lampu lalu lintas. Pasti saling tabrak. 
Alhamdulillah, di Surabaya ini masih ada orang-orang baik. Pernah denger cerita tentang tukang becak yang baik hati? Beliau menggratiskan penumpang pada hari Jumat, beliau infaq kan tenaganya untuk membantu orang lain, karena memang uang yang dimiliki juga pas-pasan. 

Kalo kata ayah, kebaikan kayak gitu datangnya dari kesadaran tentang tujuan hidup, mau apa di dunia ini? Banyak lho orang-orang yang nggak bisa jawab pertanyaan simpel itu. Kalo kata K.H Zainuddin MZ banyak orang yang mikir kalo hidup itu sekedar HARDOLIN. Dhahar (makan), modol (buang kotoran), dan dulin (main). Padahal hidup tanpa tujuan itu sama kayak naik mobil tanpa tujuan, gatau gajelas mau kemana. Yang ada waktu habis, badan capek, bensin kebuang percuma, tapi hasilnya nggak ada.

Dan Islam sudah memberikan jawaban yang ringkas, padat dan jelas tentang tujuan hidup, yaitu 
"mencari Ridho Allah maka kita tidak akan rugi"

SEMANGAT!!

Astaghfirullah...

Kenapa ya hari ini banyak hal mengecewakan? Rasanya pengen nangis, pulang terus yaudah. Tapi nggabisa gitu. 
Jadi inget Yudhistira waktu ayahnya meninggal dunia. Dia nggak nangis karena dia meyakini kalo ketegarannya itu kekuatan adik-adiknya. Eh ternyata adiknya nggak nangis, karena adik-adiknya meyakini kalo kekuatan mereka itu kepercayaan diri kakaknya. Masya Allah.
Intinya sih, saling menguatkan.

Apaya, rasanya nggak pantes ngomong gini. Tapi tadi itu ada yang mengeluhkan karena berjuang sendiri. Ya memang berjuang sendiri itu capek, lelah, letih atau apapun itu. Tapi toh saat hasilnya maksimal, rasa senangnya itu lho, berkali-kali lipat. Lagipula kan itu untuk kepentingan bersama. Apaya, aku jadi bingung. Rasanya semuanya pengen keluar dalam satu waktu. Gatau mau nulis apa...

Tapi selalu, Allah punya penutup yang terbaik
Rasanya kayak tertampar omongan sendiri. Mungkin ini yang dulu dimaksud Pak Carlos hikmah berdakwah (jangan pernah merasa tidak pantas untuk berdakwah)

Semangat!!

Jumat, 13 November 2015

Pesan: Jangan Jadi Generasi Wacana

XXIII

Jadi ini ceritanya latepost. Gapapa kan, ya?

Aku belum pernah cerita tentang XXIII sama sekali di blog ini. Jadi yaaa, kemarin itu upacara besar terakhir kami. Ah baper kaan

Semangat ya teman-teman! Yuk jadikan amanah mbak mas ini sebagai ladang pahala kebaikan!!!!

Selasa, 10 November 2015

Hanya Angan

Aku ingin sebuah awal yang sempurna
Konsep yang tertata
Bekal yang siap
dan tenaga yang cukup

Aku ingin rekan yang setujuan
Mau mendengarkan
Mau menerima
dan pantang menyerah

Tapi...
Roda terus berputar membawa beban
Angin terus mengalir mengubah musim
dan aku, tetap diam menunggu ada yang bergerak

Jadi, kapan bisa jalan?

Senin, 02 November 2015

Aku Penggemar Rahasia

Hari ini bukanlah hari yang bisa dibilang mengesankan. Tapi Allah selalu menyimpan yang terbaik untuk terakhir, bukan? Hari ini aku baru sampai rumah jam setengah 8, ayah sudah di depan menunggu untuk menonton Ashoka (kalian harus melihatnya, Ashoka baik hatinya)
Ayah memanggil, mengajakku pergi. Sudah lama sekali terakhir aku pergi berdua.

Ayahku bukanlah sosok yang pandai berbicara dengan kata-kata indah, tapi semua yang diucapkan seolah memiliki arti yang tersirat. Ternyata ayah mengajakku pergi ke Tahu Telor Pak Jayen. Di jalan, ayah memulai ceritanya...

A: "Hila tau? Pak Jayen ini temennya ayah (gapaham kenapa semua orang temen ayah, di lain cerita ayah juga bilang tukang parkir di Petra Togamas yang ramah itu temennya). Dulu itu Pak Jayen kalo jualan pake gerobak. Sekarang liat, sudah punya banyak cabang, ada pegawainya"
H: "Wih, iyata yah? Kok bisa? Pasti Pak Jayen orangnya giat pekerja keras?"
A: "Pak Jayen itu orangnya taqwa sama Allah. Dulu itu istrinya pembantu rumah tangga. Sekarang liat. Hila tau arti taqwa?"
H: "Tau yah, menjalani perintah-Nya menjauhi larangan-Nya"
A: "Iya, dulu itu sering difitnah sama orang-orang, tapi karena orangnya bertaqwa mungkin karena itu jadi dimudahkan jalannya sama Allah."

Terima kasih ayah, sudah menjawab semua kegalauanku untuk hari ini...

Minggu, 01 November 2015

Giliran Kami

"Kini saatnya kamu dan temanmu 'tuk bergandengan lebih erat menjalankan roda kehidupan di smala :") Semoga bisa lebih sukses dari kamii!! :")"

#kemudianbaper

Bismillahirrahmanirrahim...

Semangat untuk para Prajurit Langit!

Oh, jadi begini rasanya.

Ternyata memilih jauh lebih susah dari pada menjadi sebuah pilihan. Apalagi untuk memilih seorang pemimpin. Berkali-kali sanggahan muncul, ini dan itu. Bersyukur masih ada yang mengingatkan "Bukan memilih yang terbaik, tapi yang sesuai"

Sebenarnya sedikit bingung, mungkin karena baru pertama kali. Kenapa saat yang lain diberi kesempatan, yang satunya tidak? Kenapa saat yang satunya ditinggikan, yang lain tidak ikut ditinggikan? Pada akhirnya semua tentang memaafkan masa lalu dan mencoba percaya untuk kedepannya. Karena takdir ini bukan tentang kesempatan yang ada, tapi pilihan yang dipilih.

Semangat teman-teman! Perjalanan dakwah memang berat, jadikan amanahmu sebagai ladang pahala kebaikan! 

ÙˆَعَÙ†ْ Ø£َبِÙŠ Ù‡ُرَÙŠْرَØ©َ رَضِÙŠَ اللهُ عَÙ†ْÙ‡ُ : Ø£َÙ†َّ رَسُÙˆْÙ„َ اللهِ صَÙ„َÙ‰ اللهُ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„َّÙ…َ Ù‚َالَ : Ù…َÙ†ْ دَعَا اِÙ„َÙ‰ Ù‡ُدًÙŠ Ùƒَانَ Ù„َÙ‡ُ Ù…ِÙ†َ الأَجْرِ Ù…ِثلُ Ø£ُجُÙˆْرِ Ù…َÙ†ْ تَبَعَÙ‡ُ Ù„َا ÙŠَÙ†ْÙ‚ُصُ Ø°َÙ„ِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ اُجُÙˆْرِÙ‡ِÙ…ْ Ø´َÙŠْئا ÙˆَÙ…َÙ†ْ دَعَا اِÙ„َÙ‰ ضَÙ„َالَØ©َ Ùƒَانَ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ Ù…ِÙ†َ الْØ¥ِØ«ْÙ…ِ Ù…ِثلُ آثَامِ Ù…َÙ†ْ تَبَعَÙ‡ُ Ù„َا ÙŠَÙ†ْÙ‚ُصُ Ø°َÙ„ِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ آثَامِÙ‡ِÙ…ْ Ø´َÙŠْئا (روه مسلم(
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “siapa saja yang mengajak kepada kepada kebenaran, maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikitpun. Dan siapa saja yang mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapat dosa seperti dosa orang yang mengerjakan tanpa dikurangi sedikitpun” (HR Muslim)

Selasa, 20 Oktober 2015

Terkadang, hidup ini membuatku berpikir bahwa berhasil atau sukses adalah segalanya. Padahal dibalik kegagalan menanti kesuksesan besar jika mau berusaha.
Kata bu Neny tadi “Kalau berdoa itu jangan maksa dek, misalnya aja kamu mau masuk FK UNAIR, kamu doanya ‘ya Allah masukkan aku ke FK UNAIR’ terus waktu masuk ternyata nggak cocok, mintalah yang terbaik buat kamu. Terkadang yang terbaik buat kamu itu ya dengan gagal itu tadi”
Siapa yang tahu apa yang ada di depan nanti. Kalo kata ibu “Yang penting ikhlas, Mbak”
Yang datang dari-Nya selalulah yang terbaik.

Minggu, 27 September 2015

:)

Kemarin itu, Saad bilang aku ada masalah, padahal aku ya biasa-biasa aja
Syifa bilang aku lagi mikirin sesuatu, padahal ya biasa-biasa aja
Mereka bilang akhir-akhir ini aku sering ngelamun, tapi ngelamunnya kayak orang lagi mikir. Saad Syifa nunjukin ngelamunku, lucu liatnya. Ternyata ada yang perhatian:')

Sebenernya nggak tau juga, bahkan baru sadar kalo emang ternyata lagi ngelamun dan mikir sesuatu. Tapi rasanya gabisa cuman mikir satu hal, rasanya pikirannya bercabang. Belakangan ini banyak hal yang nggak pernah terpikir bakalan terjadi, tapi tetap terjadi. Kadang takut, kadang mikir, ini sudah yang terbaik ta? Tapi mikir lagi, kenapa harus nunggu yang terbaik, kenapa nggak buat pilihan itu jadi yang terbaik?

Terus sadar, terkadang kita tidak siap terhadap jawaban akan doa kita sendiri.

Rabu, 23 September 2015

Masya Allah

Tiba-tiba teringat suatu cerita. Tentang seorang pemuda yang sedang beristirahat di bawah pohong yang rindang. Dalam istirahatnya, dia melihat tumbuhan di seberangnya, kecil dan pendek, tapi menghasilkan buah yang besar. Sedangkan pohon yang ditempatinya ini tinggi dan besar, sayangnya buahnya kecil.
Dia pun berpikir, "Tumbuhan yang kecil memiliki buah yang besar, sedangkan tumbuhan yang besar memiliki buah yang kecil. Bagaimana Allah ini."
Setelah mengatakan hal tersebut, dia melanjtkan istirahatnya.
Kemudian dia merasakan sesuatu mengenai kepalanya, dia menoleh ke atas, melihat apa yang jatuh. Ternyata adalah buah dari pohon tersebut. Pemuda tersebut langsung terdiam, dia memandangi kedua tumbuhan tersebut, kemudian menangislah dia karenanya.
Tau mengapa pemuda tersebut menangis?
Ya, dia menyadari sesuatu. Bahwasannya Allah lebih tau segala hal dari hamba-Nya. Bahwa segala sesuatunya adalah kehendak-Nya.
Coba bayangkan, jika saja pohon tersebut berbuah yang besar, apa yang terjadi saat jatuh mengenai kepala pemuda tersebut?

Sungguh, Allah Maha Mengetahui

Selasa, 22 September 2015

Kemana?

kenapa aku sukanya mikir hal-hal aneh?
kenapa mesti kepikiran sampe gabisa tidur?
kenapa kok sukanya cuman mikir?
padahal kan harus aksi aksi aksi

alhamdulillah tadi itu sudah ada keputusan ketos terpilih
sudah 3 bulanan jadi kelas xi, tapi baru sadar hari ini
sadar kalo abis gini...ya ini... bareng-bareng buat yang terbaik

gara-gara aida dita aku jadi kepikiran
gimana ya biar bisa tidur?
sekarang jadinya laper

ohya! nanti waktu idul adha aku jadi pemotong
tapi kata ayah aku motong mangga aja gabisa apalagi motong daging
kata ibuk masih bisa belajar nanti
kataku, aku takut baju yang tak pake bau darah:(

aku kangen adekku, kayaknya mondok enak
mungkin kalo aku mondok aku bisa meminimalis dosa, eh iya nggak sih?
astaghfirullah hila...

alarmku barusan bunyi...sudah jam setengah 3
harusnya aku bisa tahajjudan, tapi sunnahnya tidur dulu ndak sih?
dan aku belum tidur sama sekali
aku harus apa?

semoga besok waktu olah raga nggak koleng...

selamat malam,
hila yang sedang mencari jalan pulang
pernah nggak sih? kamu bingung sama jati dirimu sendiri
saat kamu meyakini bahwa dirimu a, ternyata orang lain melihatmu b

Sabtu, 04 Juli 2015

(((belum kepikiran judul)))

Hai
Aku nggak bisa tidur

"Di saat kebanyakan remaja menangisi pacar mereka, para siswa Smala lebih memilih menangisi masa depan negeri ini; Di saat sebagian besar orang berebut jabatan, para siswa Smala lebih memilih saling memberikan kesempatan; Di saat kebanyakan remaja sibuk mencari tempat untuk hang out sepulang sekolah, para siswa Smala lebih memilih mengaji di masjid—bahkan blusukan di panti-panti asuhan demi mengurusi kegiatan-kegiatan amal. Terkadang hal ini membuat saya merinding, karena sering saya membayangkan bahwa suatu hari wajah-wajah merekalah yang akan banyak menghiasi gerak roda bangsa ini. Dan lagi-lagi Smala telah membuktikan kapabilitasnya sebagai pencetak orang-orang luar biasa, kuncinya adalah pembentukan karakter yang begitu kuat."-  mas ario

Kamis, 02 Juli 2015

Teguran

aku lupa kapan terakhir kali aku merasakannya
hanya saja, ini terasa begitu menyakitkan

saat kita sedang sibuk dengan rutinitas, kita lupa, lupa bahwa orang tua kita, ayah, ibu bertambah tua, semakin membutuhkan kita

dengan niat awal membanggakan orang tua, menjadi seperti mengorbankan orang tua
bukan bermaksud menyalahkan siapa-siapa, tapi aku hanya lelah...
lelah untuk memaksa orang tuaku untuk mengikuti semua yang kumau

kemarin, baru kemarin, aku sedang bermain bersama teman-teman
dengan baju garis-garis
kami makan minum foto dan lain lain
tapi lagi-lagi, waktu membuat semuanya harus berhenti
aku mulai  mencari hp untuk menghubungi orang tua
lagi-lagi, aku tidak ada yang menjemput
ayah ke luar kota
kakek koma
dan aku....
sedang senang-senang

aku mulai mencari cara agar bisa pulang
senang akhirnya ada yang searah
aku kembali bisa tersenyum dan berfoto, lagi
wow, belum lama sudah ada 3 missed call dari ayah
kupikir ayah bingung pulangku bagaimana
jadi hanya kukirim sms aku pulang dengan kakak kelas

panggilan masuk lagi
dari no name
oh, ternyata om ku

DEG

aku bingung, semuanya terasa menyakitkan
indri bertanya 'he lapo kon?'
mungkin aku terlalu ekspresif, pikirku
kakiku lemas
aku duduk, menekuk kaki dan meletakkan tangan diatasnya
sayang sekali aku tidak pandai menahan
hanya saja, yang lain sedang tertawa
jadi aku diam, dan masuk ke ruangan
aku bingung

benar memang tidak ada yang tau umur manusia
benar jika siapa pun bisa dipanggil-nya

innalillahhi wa innailaihi roji'un
selamat jalan yangkung, semoga semua amal ibadah diterima disisi-Nya
maaf belum bisa membanggakan buat yangkung
doa hila menyertai yangkung