Sabtu, 24 November 2018

Cukup

Entah kenapa menjadi familiar dengan yang namanya kecewa karena berharap lebih pada manusia membuatku ingin berhenti untuk berharap pada sesuatu selain-Nya. Memang harusnya seperti itu kan ya? Tapi kenapa rasanya susah buat nggak berharap...

Apa karena aku merasa apa yang kulakukan untuknya itu hal yang besar, jadinya aku berharap dia akan melakukan hal yang sama untukku?

Rasanya perasaan ini sudah terjadi untuk kesekian kalinya dan aku jadi mikir "apa ini kode ya dari Allah, biar aku nggak berharap lebih sama manusia? Apa Allah cemburu ya karna aku berharap pada selain-Nya?" 

Tapi kalo dilihat-lihat, memang belakangan ini aku jadi memprioritaskannya melebihi kegiatanku yang lain, bahkan aku berpikir bahwa harus ada waktu yang kusediakan untuknya disela-sela kegiatanku. Tapi lagi-lagi, yang muncul malah rasa kecewa karena toh dia ternyata tidak pernah menjadikan aku prioritasnya wkwkwkwk...

Drama deh wkwkwk...

Baiklah Hila, harusnya kamu sudah cukup paham dan mengerti bahwa sesuatu yang berlebihan tidak pernah baik. Cukup berhenti sampai disini saja...

Mari mengingat-ingat bahwa semakin berharap maka semakin sedikit yang didapat. Harus ada ruang, harus ada ruang untuk memaafkan dan kekecewaan. Karena diri sendirilah yang membuat rasa itu ada dan hadir, diri sendirilah yang memberi kesempatan rasa kecewa hadir dengan membuat harapan lebih. Jadi, cukup. Cukup sampai di sini saja.......

Tidak ada komentar: