Senin, 11 Juli 2016

Allah Dulu, Allah Lagi, Allah Terus

Kemudian dia bangkit dari duduknya, membuka jendela dan menatap langit sore yang tak berawan. Menerawang jauh tentang kehidupan, tentang adiknya yang tak kunjung pulang, cucian yang tidak kering, pekerjaan rumah yang menumpuk, janji yang dibuatnya dengan temannya--dia takut tidak bisa menepatinya, amanah yang berada di pundaknya, dan banyak hal kecil lainnya. Dia takut dunia akan mengambil alih pikirannya.

"Ini tidak benar," pikirnya dalam hati.

Dia menutup jendela itu lagi. Panggilan-Nya sudah terdengar. Tidak akan disia-siakannya kesempatan untuk bertemu dengan-Nya lagi. Sudah saatnya memperbaiki, menambah, dan mempertahankan. Saatnya untuk mempercayakan semuanya kepada-Nya, dia yakin bahwa saat dia bersabar dan bertawakkal, semua akan baik-baik saja.

Tidak ada komentar: