Kemudian dia bangkit dari duduknya, membuka jendela dan menatap langit sore yang tak berawan. Menerawang jauh tentang kehidupan, tentang adiknya yang tak kunjung pulang, cucian yang tidak kering, pekerjaan rumah yang menumpuk, janji yang dibuatnya dengan temannya--dia takut tidak bisa menepatinya, amanah yang berada di pundaknya, dan banyak hal kecil lainnya. Dia takut dunia akan mengambil alih pikirannya.
"Ini tidak benar," pikirnya dalam hati.
Dia menutup jendela itu lagi. Panggilan-Nya sudah terdengar. Tidak akan disia-siakannya kesempatan untuk bertemu dengan-Nya lagi. Sudah saatnya memperbaiki, menambah, dan mempertahankan. Saatnya untuk mempercayakan semuanya kepada-Nya, dia yakin bahwa saat dia bersabar dan bertawakkal, semua akan baik-baik saja.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Aku sudah pernah bilang, jalan ini tidaklah mudah. Jangan sedih kawan, perjalanan ini tidak pernah menjanjikan jalan yang mulus tanpa rint...
-
Oh, jadi begini rasanya. Ternyata memilih jauh lebih susah dari pada menjadi sebuah pilihan. Apalagi untuk memilih seorang pemimpin. Berk...
-
Saat musibah datang seolah tak pernah selesai, aku bertanya "Rabb, mengapa hidup ini begitu susah untuk dijalani?" Tapi tak a...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar