Sebagai manusia, sebagai makhluk yang lengkap dengan akal
dan hawa nafsunya. Akalku sering bertanya-tanya sendiri. Mengapa saat
mencintai-Mu aku tidak bisa menjadi baik, setidaknya bertindak sok-baik.
Sebagaimana kala aku merasa tertarik dengan manusia yang berbeda jenis kelamin
denganku itu. Kala aku tertarik, segala upaya untuk menjadi ‘terlihat baik’ aku
lakukan. Bahkan aku pura-pura mendekati rumah-Mu agar terlihat baik. Pura-pura
membaca surat-surat-Mu agar terlihat soleh.
Aku tiba-tiba menjadi baik, rajin mandi, rajin beribadah.
Didekatnya pun aku tampak ingin menyempurnakan segala tingkah laku dan
bicaraku. Menghalus-haluskan tutur kata, melemah lembutkan perbuatan.
Memberikan perhatian atau mungkin lebih tepatnya mencari-cari perhatian.
Kala hatiku berkata aku mencintainya, aku berbuat sedemikian
rupa kepadanya. Berusaha menjadi sebaik-baiknya manusia di depannya.
Hari ini, aku menanyakan keadaanku sendiri. Apa aku tidak
benar-benar mencintai-Mu meski mulutku berkoar-koar menyuarakan nama-Mu. Berbicara
atas nama-Mu di jalan-jalan. Mengagung-agungkan nama-Mu di dalam
tulisan-tulisan. Lepas dari itu, aku tidak pernah berusaha tampil baik di
hadapan-Mu. Shalatku seperti olahraga pagi, cepat sekali. Bacaanku seperti
mengeja huruf paku, tidak jelas dan sedikit ngawur.
Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri. Ketika menghadapmu
aku berpakaian seadanya, mandi dulu pun tidak. Berbeda ketika hendak bertemu
dengannya. Berpakaian sedemikian rapi, wangi pula. Terlihat stylish sepanjang
hari meski matahari terik atau hujan.
Bandung, 9 April 2014 | ©kurniawangunadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar